19 Des 2012

Makalah 7 - Filsafat Wedanta



Pendahuluan
      Agama Hindu tidak didirikan oleh orang tertentu, pemikiran, atau inkarnasi tertentu. Dengan demikian, tradisi Agama Hindu bukanlah bersifat tunggal dan merupakan sistem teori, prinsip, atau praktek yang sederhana. Hal ini terdiri dari berbagai pemikiran da pengalaman yang berbeda yang telah terkumpulkan selama lebih dari ribuan tahun oleh para Rsi dan orang-orang suci.[1]
Filsafat, agama, dan ilmu saling berkaitan. Walaupun agama berlandaskan kepercayaan, dan filsafat berdasarkan pertimbangan (ratio), akan tetapi tidak bertentangan, sebab ditinjau dari sudut tujuannya, sama-sama mencari kebenaran.[2] Agama Hindu pun tak terlepas dari Filsafat yang dikenal dengan nama Darsana (Filsafat Hindu).

Makalah 11 - Guru Nanak dan Ajaran-Ajarannya



Pendahuluan
Pengaruh Islam dapat dilihat dari gerakan religious di India Utara dengan ciri monoteisme ketat, tanpa menghiraukan perbedaan kasta dan menolak pemujaan terhadap imaji (patung, gambar dsb.). sebagai contoh Kabir (abad ke-15) yang mengajarkan sebuah agama yang universal berdasarkan pada realisasi personal akan Tuhan yang tinggal dihati manusia. Kemudian, adalah Guru Nanak yang akan kita diskusikan pada makalah ini yaitu seorang yang mendirikan agama Sikh (1469-1538), yang berusaha menyelaraskan Islam dan Hinduisme.[1]

Makalah 9 - Filsafat Mimamsa




A.   PENDAHULUAN
Pada Zaman India Kuno, setiap pengetahuan diasosiasikan dengan sebuah keterampilan yang sangat khusus dan pandangan hidup yang baik. Pengetahuan terutama tidak diperoleh dari buku-buku, kuliah, diskusi dan percakapan, tetapi dikuasai melalui pembelajaran dari seorang guru yang mumpuni. Pembelajaran ini mensyaratkan  penyerahan diri secara total sebagai murid pada otoritas guru; penyerahan diri itu berupa kepatuhan (susrusa) dan keyakinan  yang implisit  ( sraddha).
Murid yang di dalam dirinya bersemayam kebenaran sebagaimana si raja hutan bersemayam di dalam harimau kecil tunduk tanpa syarat kepada gurunya, yang sebagai kontribusinya memberikan pengetahuan kepada si murid. Guru adalah juru bicara pengetahuan yang tinggidan ahli dalam keterampilan tertentu. Murid, ketika menjalankan ibadah religiusnya, harus tunduk kepada guru suciyang memiliki keahlian dan kearifan yang menjadi dasar pengetahuan dalam kariernya.[1]