Kebudayaan India



GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN INDIA

Kl. 2700 – 1500 SM: Peradaban Lembah Sungai Indus
Mohenjodaro ditemukan disekitar sungai Indus. Terutama terpusat di sepanjang Indus dan daerah punjab, peradaban diperluas ke sungai ghaggar-Hakra lembah dan yamuna, gangga-doap yang meliputi sebagian besar Pakistan, meluas kedalam negara-negara barat seperti India, Afganistan, bagian timur Balochistan dan Iran.
Mohenjodaro dan Harappa merupakan kota terbesar yang berada di lembah sungai Indus. Mohenjo-daro dan Harappa merupakan peradaban yang tinggi nilainya, yang ditandai dengan adanya kota yang teratur penataannya. Rancangan kota Mohenjodaro dan Harappa termasuk kota pertama di dunia yaitu menggunakan sanitasi sistem. Didalam kota rumah-umah individu atau kelompok dibangun dalam suatu pemukiman dengan memungkinkan sirkulasi udaranya, dengan jalan agar selau mendapatkan udara yang segar. Dengan kata lain sistem sirkulasi udara di Mohenjodaro pada waktu itu sudh ada. Air yang berada dirumah-rumah bersal dari sumur. Dari sebuah ruangan yang tampaknya terlah disisihkan untuk mandi, air limbanh diarahkan kesaluran tertutup yang berbasis di jalan utama. Indus kuno sistem pembuangan air kotor dan saluran air yang dikembangkan dan digunakan dikota-kota deseluruh wilayah Indus jauh lebih maju daripada yang ditemukan di lokasi perkotaan kontemporer di Timur Tengah dan bahkan lebih efisien daripada yang ada di banyak daerah di Pakistan dan India. Mohenjodaro dan Harappa juga menggunakan sisrem irigasi, hal ini dilihat dari pembuatan pemukiman sudah dipertimbangkan agar rumah-rumah tidak terkena banjir dengan membuat jalan air. Semua rumah memiliki fasiliras air dan saluran air.

Sebagan besar penduduk kota telah bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin dan petani. Bahkan dari daerah jauh digunakan dikota-kota untuk membangun segel, menak-menik dan objek lain. Beberapa segel yang digunakan untuk cap tanah liat pada perdagangan barang dan mungkin memilik kegunaan lain juga. Dan beberapa kerajinan ini masih diprektekan di India sampai saat ini. Hasil kebudayaan yang terdapat di Mohenjodaro dan Harappa berupa seni pahat atau ukir kerajinan. Banyak kerajinan seperti keramik dan batu akik dan menak-menik mengilap digunakan dalam pembuatan kalung, gelang dan ornamen lain.
Mengingat banyaknya patung-patung ditemukan di lembah Indus telah secara luas menyatakan bahwa orang-orang Mohenjodaro dan Harappa menyembah patung yang di sebut ibu dewi yang melabangkan kesuburan. Beberapa lembah indus menunjukan swastika yang dikemudian hari, agama dan mitologi, khususnya di india agama-agama hinduisme dan jainisme. Bukti paling awal unsur-unsur Hindu yang ada sebelum dan sesudah awal periode Harappa ditemukan simbol-simbol Hindu yang berupa siva lingam

Kl. 1500 SM   : Kedatangan Bangsa Arya di India Barat Laut
Kedatangan bangsa Arya ke india kuno berlangsung secara bertahap Sehingga  dapat diartikan sebagai perpindahan. Bangsa arya melakukan perpindahan  karena semakin banyaknya penduduk sehinggan lahan yang ditempati tidak sebanding atau tidak seimbang dengan jumlah penduduknya.
Dibandingkan dengan peradaban bangsa sindh (peradaban bangsa dravida), peradaban arya belum dapat dikatakan tinggi. Pada hakikatnya bangsa arya adalah bangsa peternak. Setelah mereka menetap di india, baru mereka belajar bercocok tanam dari bangsa dravida, sehingga lambat-laun mereka menjadi petani.[1]
Bangsa arya adalah bangsa yang pandai berperang. Hal ini disebabkan karena kehidupan mereka yang mengembara.
Dengan latar belakang yang demikin inilah, kita akan membicarakan keagamaan bangsa india.

Kl. 1200 - 880 SM      : Perkembangan Veda
Zaman ini dimulai dari datangnya bangsa arya kurang lebih 2500 tahun SM ke India, dengan menempati lembah sungai Sindhu, yang juga dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai).[2] Mereka belum banyak penyesuaian dengan peradaban purba bangsa India. Ciri yang menonjol pada periode ini adalah:
1.    Pembacaan kitab-kitab suci weda yang empat (weda samhita) yang terdiri dari: rigweda (1000 pujian atau sukta), sama weda (1549 stansa, pujian dalam bentuk nyanyian), yajur weda (berisi yajus atau rapal), atharwa weda (berisi mantra-mantra yang sakti).
2.    Korban-korban untuk para dewata serta cenderung menggunakan sesaji dan diiringi pembacaan mantra do’a, nyanyian, sutra suci.
3.    Menyembah banyak dewa yang terdiri dari dewa yang dapat mengendalikan kekuatan alam seperti: dewa angin (bayu), dewa awan (indra), dewa kesubran (sri), dan dewa api (agni).[3]
Lebih dari pada itu dapat dijelaskan bahwa pada zaman ini hidup keagamaan orang hindu didasarkan atas kitab-kitab yang disebut: Weda Samhita, yang artinya pengumpulan weda. Kata “Weda” berasal dari “Wid” = tahu. Menurut tradisi hindu kitab-kitab ini ialah buah ciptaan dewa Brahma sendiri. Isinya diwahyukan oleh dewa Brahma kepada para resi atau para pendeta dalam bentuk mantera-mantera, yang kemudian disusun sebagai pujian-pujianoleh para resi sebagai pernyataan rasa hatinya.[4]
Pandangan mereka terhadap dewa-dewa pada zaman permulaan weda ini, pada hakikatnya adalah seperti kepercayaan bangsa Arya di Iran sebelum mereka masuk India. Jadi Politeisme, yaitu mempercayai dan menyembah banyak dewa dan dewa-dewa itu antara yang satu dengan yang lain sama tinggi kedudukannya.
Menurut kepercayaan kuno, disamping dewa-dewa masih ada roh-roh jahat yang berkuasa dan sebagian merupakan musuh dewa.

Abad 6 SM     : Mulai Sistem Kasta
Sistem kasta mulai ada sejak zaman Brahmana, dimana pada masa itu brahmana mempunya otoritas memahami Weda dan memahami kelompoknya sebagai kasta teringgi yang tidak mudah bergaul dengan orang-orang yang berada dalam kasta di bawahnya.
Pembagian kasta tersebut ditetapkan secara langsung dalam kitab suci brahmana berturut-turut sebagai berikut:
Sutra 4 menyebutkan bahwa ada empat kasta brahmana, Ksatriya, waisya dan sudra. Sutra 5 menegaskan bahwa dari keempat kasta yang disebut terlebih dahulu adalah yang lebih baik kelahirannya. Dalam sutra 6 dinyatakan bahwa kewajiban orang-orang yang bukan sudra yang tidak berbuat kejahatan adalah inisiasi, mempelajari kitab weda, membuat api upacara/suci. Hal tersebut merupakan perbuatan yang berpahala. Dalam sutra 7 dinyatakan bahwa sudra wajib tata kepada kasta-kasta diatasnya.
Didalam agama hindu masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yang penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.        Kasta brahmana, yang merupakan golongan masyarakat yang dikategorikan sebagai pemuka agama atau yang berhak memimpin keagamaan: membaca kitab, do’a, dan mantra serta memimpin upacara keagamaan seperti kurban untuk para dewa.
2.        Kasta ksatriya, adalah masyarakat yang keahliannya sebagai alat Negara yang berkewajiban membela, mmpertahankan, menjaga keamanan Negara. Golongan ini terdiri dari pada perwira, prajurit atau angkatan bersenjata dari semua tipe.
3.        Kasta waisya, merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai kegiatan dibidang perekonomian dengan tugas dan profesinya dibidang pemasaran, jual beli atau perdagangan.
4.        Kasta sudra, adalah sekelompok orang yang tugasnya dibidang pekerjaaan kasar atau terlibat dalam kegiatan sebagai buruh (proletar) dalam kegiatan sehari-hari baik dalam struktur kerja birokrasi, maupun stuktur kerja konvensional.[5]
Menurut ajaran hindu penetapan gologan masyarakat ini tidak berdasarkan kepada hal yang bersifat kebetulan melainkan ditetapkan atas dasar garis kelahiran (warna). Artinya seorang dimasukkan kelompok kastanya apabila memang anggota keluarga atau lahir dilingkungan keluarga kasta tersebut. Dengan demikian sangat mustahil untuk berpindah dari satu kasta ke kasta lain apapun keahliannya.[6]

Abad 7 – 5 SM : Periode Trauma Suku-suku Di India Utara
Abad 6 – 2 SM : Munculnya Sutras
Pada zaman Wiracarita, orang sudah melihat pentingnya sarana-sarana pembantu untuk dapat menjelaskan segala macam mantra dan bahasa-bahasa puitis, apalagi orang sulit memahami bahasa Sankrit. Kitab-kitab Wedanta yang pada mulanya ditutur secara lisan namun kemudian di bukukan dalam bentuk sutra, yakni tulisan-tulisan singkat dalam bentuk prosa supaya mudah di baca dan di fahami.
Pentahapan sutra-sutra itu adalah sebagai berikut:
1.        Kalpasutra (penjelasan sistematis tentang korban).
2.        Dharmasutra (berisikan persyaratan tentang dharma, yaitu tugas dan kewajiban manusia yang dituntut Weda). [7]

Kl. Tahun 600 – 200 SM : Penyusunan Upanishad
kitab-kitab yang diakui tinggi mutunya sebagai kitab filsafat hindu adalah Upanishad (artinya duduk bersimpuh didekat gurunya untuk mendengarkan wejangan-wejangan yang bersifat rahasia (khusus). Upanishad terutama mengandung ajaran-ajaran filosofis tentang hakikat atma (atmawidya). Jadi titik beratnya adalah ontology. Didalamnya diuraikan tentang hubungan antara Brahman dan atman.[8]
   Kehidupan agama Hindu pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanishad yang tergolong Sruti dan dijelaskan secara filosofis. Konsepsi-konsepsi menyangkut keyakinan Panca Sraddha dijadikan titik tolak pembahasan oleh para arif bijaksana dan para rsi. Selain itu, konsep tentang tujuan hidup disebut Catur Purusa Artha yang terdiri dari dharma, artha, karma dan mokhsa, diformulasikan menjadi lebih jelas.[9]  
            Didalam upanishad terdapat uraian filosofis tentang atman, Brahman, karma, samsara dan moksa, yang kemuian dijadikan pancasraddha hindu. Dengan singkat, masa Upanishad ini merupakan permulaan kesuburan filsafat hindu.[10]

Abad 4 SM      : Permulaan Literatur Saiva
Disini siwa dianggap sebagai dewa tertinggi, sementara Brahma dan Wisnu dianggap sebagai penjelmaan dari siwa. Pemeluk-pemeluk aliran ini sangat optimis terhadap kebulatan kekuasaan dewa Siwa ini. Karena ia dipercayai dapat menjelma menjadi berbagai bentuk kedewataan yang menggambarkan akan kekuasaannya yang besar.
Dalam aliran siva-Bhagavata, Siwa sering kali diberi avatara-avatara yang hampir sama dengan yang ada pada aliran Wisnu. Hanya saja dalam aliran Siwa avatara-avatara tersebut tidak besar pengaruhnya, dan Siwa tetap menonjol dari padanya.[11]
Tokoh aliran Siwa yang terkenal adalah meykanda yang mengajarkan konsep pati (tuhan) itu kekal, berada tanpa sebab dan maha kuasa. Tuhan adalah Siwa yang berada dimana-mana dan mengetahui segala sesuatu, segala sesuatu adalah ciptaannya melalui “sakti” nya. Pasu (jiwa) juga kekal. Pasu terkandung oleh mala (semacam karat) yang terdiri dari tiga pasa (ikatan, persatuan), yaitu anava, karma dan maya sehingga jiwa selalu berada dalam samsara. Hanya oleh Siwa yang berkuasa atas maya jiwa dapat lepas dari samsara dan mencapai moksa.[12]

Kl 327 BC – 325 M                : Alexander Agung (Kampanye di India)
Kl. 272 – 232 SM                   : Asoka Maurya
Asoka Vandhana (272 – 232 SM). Adalah salah seorang raja termasyhur yang memerintah pada kerajaan Maurya. Sebelum Asoka naik tahta kerajaan, ia memegang kekuasaan sebagai raja muda di India Barat, suatu ujian untuk menunjukan kecakapannya. Berlainan dengan nenek dan ayahnya ia ternyata seorang yang lemah lembut, peramah, dan suka berbakti, setia kepada agama dan amat mengasihi rakyatnya. Walaupun demikian ia terpaksa berperang untuk mengadakan ketentraman di Deccan dan menaklukan kerajaan Kalinga (di pantai Teluk Benggala).
Di tahun 249 SM atau 24 tahun sejak Asoka menjadi raja, baginda ziarah mengunjungi semua tempat-tempat suci yang bersangkutan dengan hidup dan pengajaran Gautama Buddha. Kota-kota itu ialah, Kapilavastu (tempat lahir Buddha), Sarnath dekat Benares (tempat Buddha pertama kali menyebarkan agamanya), Sravasti, Gaya (tempat pohon bodhi yang suci), dan Kusinagara (tempat wafatnya). Di tempat-tempat itu baginda memberi sedekah dan mendirikan tanda-tanda peringatan yang sampai sekarang sangat berarti bagi ilmu sejarah.[13]
Dengan resmi raja Asoka meninggalkan agama Brahma dan memeluk Buddha. Kemudian baginda masuk bikhsu (reshi), dari sikap ini jelaslah bahwa agama buddha di zaman itu mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas titah raja Asoka didirikan kurang lebih 48.000 buah stupa yang masih ketinggalan ialah stupa yang mahsyur di Sanchi (India Tengah), dekat ibu negeri provinsi yang di bawah pemerintahannya dulu.
Dari zaman Asoka sampai sekarang pulau Sailan adalah pusat pertahanan Buddha.
Dalam sejarah India belum pernah terdapat seorang raja yang begitu luas kerajaannya seperti Asoka. Kerajaan Chandragupta di abad ke-5 Sesudah M dan kerajaan Moghul (Sultan Akbar dan keturunannya) di abad ke-16 dan 17 tidak sampai menyamai kerajaan Asoka itu.
Yang penting sekali dalam sejarah pemerintahan Asoka yang memahsyurkan namanya pula sampai sekarang ialah tulisan-tulisan (prasasti) yang dipahat di dinding-dinding dan tiang-tiang batu (Zuilen).

Kl. 200 BC – 200 SM             : Hukum Manu mulai disusun
Kl. 170 – 175 SM                   : Kepemimpinan Yunani di Punjab
Kl. 100 SM                             : Penulisan Bhagavadgita
Bhagavadgita Paralel dengan khotbah Yesus Kristus di Bukit dalam pandangan Kristen. Dalam ktab ini jelas tertuang kepercayaan akan Tuhan. Ditulis sekitar abad 1 atau 2 SM di daerah barat sungai Gangga dan dilihat sebagai kitab suci Hindu ke 5. Ia berisikan petunjuk bagaiman seharusnya hidup agar bisa dicapai persatuan dengan Tuhan. Gita tentang Tuhan ini berisikan pengakuan akan adanya yang tertinggi sebagai sumber segala yang ada (Brahman). Gita ini juga harus terjelma dalam pribadi Khrisna di dunia ini pada saat kacau (ingat perang pandawa melawan kurawa). Gita Khrisna berarti Tuhan penyelamat.[14]
Dalam Bhagavadgita juga nampak bahwa pemikiran non-Brahmanik dan pra-Aryan orang India asli sungguh-sungguh dipadukan dan diselaraskan dengan ide-ide Vedik dari orang-orang Arya.
Bhagawadgita menggunakan tiga jalan pelepasan untuk membebaskan diri dari berbagai macam gunas, yaitu:
a.       Jnana marga, pelepasan melaui pengetahuan
b.      Karama marga, pelepasan melalui karma
c.       Bhakti marga, pelepasan melalui kasih penyerahan diri dan penyembahan kepada Tuhan.
Bhagawadgita berpangkal pada tiga prinsip utama, yaitu:
a.       Purushottama (purusa tertinggi): atman tertinggi yang disebut Iswara atau Tuhan yang kekal.
b.      Purusa, jiwa atau inti pribadi individual yang tidak berubah dan tidak aktif.
c.       Prakrti (ajiva= asas kebenaran) dengan tiga gunasnya.

Kl. 200 M                               : Awal sistem berfikir Wedanta
Dalam tradisi Wedanta diakui bahwa beng universal atau “diri” dalam tradisi Vedik-Aryan berdiam dalam individu dan memberinya hidup.
Reaksi paradoksal seperti ini (antara makhluk fenomenal dengan nukleus anonim dan tidak dapat binasa ini) diungkapkan dalam kata-kata sebagai berikut:
The blind one found the jewel
The one without fingers picked it up
Teh one with no neck put it on
And the one with no voice geve it praise
(T. Aranyaka 1, 11.5)
Sering kali vedanta dikenal dengan nama bagian veda yang kudus, yakni upanishad. Vedanta berarti akhir weda. Yang menjadi dasar filsafat Wedanta adalah Upanishad Bhagavadgita dan Vedanta-sutra. Filsafat wedanta lahir untk merespon zaman Upanishad. Pokok ajarannya adalah membicarakan tentang Tuhan, Roh dan Dunia (Brahman , atman dan Alam).
Seorang calon vedantik harus memperhatikan hidup monastik dan asetik dan harus melewati tiga langkah sebagai persiapan:
1)      Sravana: belajar dan mendengarkan guru
2)      Manana: refleksi, meditasi dan berfikir terus menerus
3)      Ninidhyasaman: perhatian intensif harus terterah kepada visi intern dan konsentrasi mendalam
Masih ada sejumlah disiplin yang harus dipenuhi yakni:
1)      Yama                                             5)   Pratyahara
2)      Niyama                                          6)   Dharana
3)      Asana                                            7)   Dhyana
4)      Pranayama                                     8)   samadhi

Kl. 320 – 550 M                     : Kekuasaan Gupta
Kl. 800 M                               : Filsafat Wedanta oleh Sankara
Wedanta merupakan suatu sistem yang sangat berpengaruh (oleh sankara). Pendirinya adalah Shankara (abad ke-8), menurut Shankara Brahman dan alam berbeda, tidak ada yang ada kecuali Brahman yang lain tentang alam hanyalah ilusi karena keadaannya dapat berubah. Shankara membagi pengetahuan kedalam dua macam:
a.         Pengetahuan tinggi, kebenaran yang memang benar (Brahman).
b.        Pengetahuan rendah, kebenaran yang tidak membawa kenyataan yang sebenarnya (alam)
Tentang moksa, Shankara berpendapat bahwa orang akan mencapai moksa, jika sudah tidak tertarik dengan kehidupan dunia, karena dunia hanyalah semu. Semakin orang mengikat dengan kehidupan dunia maka akan semakin jauh dengan moksa.
Metafisika adwaita vedanta berarti vedanta yang non dualistik dan mengakui bahwa realitas tertinggi hanyalah satu. Daya hidup Ilahi yang dapat meresapi universum dan mendiami setiap ciptaan adalah realitas batin kita sendiri.[15]

Kl. 1100 M     : Pembelaan Tradisi Vaishnava oleh Ramanuja
Ramanuja (abad ke-11) adalah pendiri Wasistadwaita-Wedanta, berbeda dengan sankara yang hanya mengakui satu yang ada yaitu Brahman, menurut Ramanuja bahwa ada dua yang tampak namun tak dapat dipisahkan yaitu adanya substansi dan sifat, seperti mawar merah, mawar=substansi, merah=sifat (antara mawar dan merah adalah dua hal yang berbeda namun tak dapat dipisahkan), sama halnya tidak bisa menjelaskan Brahman tanpa adanya manifes dari Atman (ada yang dijelaskan dan ditentukan), artinya bahwa Brahman berbeda dengan Atman namun tak dapat dipisahkan, kehidupan hanyalah manifes dari Brahman.
Seperti dikemukakan dalam literatur, sekitar abad ke-4 ada dua dewa yang sangat terkenal yaitu wisnu dan Siwa pada masa purana sekitar 300-1200, wisnu sangat tinggi kedudukannya dan sangat luas pengaruhnya karena ajaran avataranya yang dikembangkan saat itu. Dalam purana, wisnu dinyatakan mempunyai beberapa avatara secara tradisional), akan tetapi kalau diperhatikan benar-benar barangkali saja ada lebih dari duapuluh avatara.

Kl. 1200 – 1757 M     : Masa Kekuasaan Islam di India
Pemikiran Islam sudah berekembang di India sejak awal abad ke-13. Meskipun penaklukkan Muslim pertama terjadi awal abad ke-8 (kemenangan pertama Jenderal Qosim terjadi tahun 712 M), namun pemikiran Islam baru ada sesudah pasukan Jengis Khan merebut wilayah-wilayah Muslim yang mengakibatkan masuknya budaya Islam ke India. Dengan kehancuran pusat-pusat kebudayaan Islam terbesar dan kehancuran pusat-pusat studi di Samarqond, Balkh, Gahznin dan akhirnya tahun 1258 Baghdad sendiri, banyak cendikiawan Muslim, para penyair, seniman, ilmuwan dan para pakar sejarah melarikan diri ke India. Dengan segera kesultanan Delhi dan pemerintahan Mughal di India menjadi pusat-pusat yang tidak sekedar pusat pemerintahan politik; mereka menjadi pusat-pusat terkenal untuk studi Islam.[16]
Ciri yang menonjol pada masa Muslim (1200-1757) ini adalah berkembangnya agama Wishnu. Dua nama besar dari Selatan adalah Vallaba (1479-1531) dari India Selatan dan Caitannya (1486-1533) dari wilayah Bengal. Keduanya mengajarkan jalan devosi yang berpusat pada Krishna dan Radha. Agama Wishnu popular ini disebarkan di wilayah Maharastra oleh Namadeva (abad ke 14) dan Tukaran (abad ke 17); sedangkan di Utara, agama Wishnu berkembang dalam bentuk penyembahan terhadap Rama. Tokoh yang terkenal dari India Utara adalah Ramananda (abad ke 14).[17]

1757 – 1947 M           : Kekuasaan Inggris di India
1772 M           : Lahirnya Ram Mohan Ray
Filsafat India bangkit dalam penjumpaan dengan filsafat barat lewat pembaharuan-pembaharuan dibawah Ram Mohan Ray (1772-1833). Ia memperoleh pendidikan baik di Barat dan juga mempelajari agama-agama lain seperti agama kristen disamping Hindu dan Buddha. Ia dikenal sebagai pembaharu agama tapi juga pembaharu sosial, seperti memberantas poligami dan sati (pembakaran janda). Gerakan yang dipimpinnya bernama Brahma Samaj yang berarti masyarakat Brahman. Ajarannya kemudian dikembangkan  oleh Debendranath tagore (1841), ayah dari Rabindranath Tagore (1861-1941) yang lebih keras terhadap agama Kristen.

1828 M           : Berdirinya Brahma Samaj
Gerakan Brahma Samaj merupakan gerakan pembaharuan Hinduisme sebagai reaksi dari pengaruh agama Kristen yang didirikan di Bengala. Gerakan ini menolak politeisme, pemujaan patung-patung, korban binatang, memberantas praktek sati, perkawinan anak-anak dan poligami.
Diantara tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut:
1.      Ram Mohan Ray (1774-1833)
2.      Debendranath tagore (1817-1905)
3.      Keshab Candra Sen (1838-1884)

1875 M           : Berdirinya Arya Samaj
Gerakan Arya Samaj didirikan oleh Swami Dayanand Saraswati (1824-1884) yang didirikan pada tahun 1875 bertujuan untuk memperbarui agama Hindu dan membuat sintesa antara yang lama dengan yang baru, Timur dengan Barat. Ajarannya ialah bahwa Veda merupakan wahyu Tuhan satu-satunya dan menjadi sumber pokok ilmu agama semua manusia.

1893 M           : Vivekananda (Misionaris Hindu pertama ke USA)
Swami Vivekananda adalah tokoh terbesar yang sangat berpengaruh dalam “mendinamiskan agama Hindu”. Ia pernah menghadiri parlemen agama-agama dunia di Chicago. Ia merupakan murid Rama Khrisna yang menyebarkan ajaran Ramakhrisna mission.

1905 M           : Muncul Kelompok nationalis anti Inggris di Bengal
1947 M           : Kemerdekaaan India
India dan Pakistan menjadi negara merdeka dan berdaulat pada 15 Agustus 1947.

1948 M           : Gandhi Meninggal
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Gandhi adalah seorang Hindu (sanata Dharma) yang taat, yang mengakui bahwa kebenaran bisa datang dari mana saja.
Situasi sosial, politik dan keagamaannya bahwa ia terlahir dari keluarga yang kuat beragama dan kaya, dalam kegamaannya, yaitu agama hindu yang terinspirasi oleh ajaran agama-agama lain, seperti tidak memakan daging, vegetarian dan berpuasa pada hari-hari tertentu. ia menikah muda pada usia 14 tahun hal ini sesuai dengan kebudayaan India. Selain dari pada itu ia berpendapat bahwa adanya persamaan hak bagi semua manusia tanpa perbedaan kulit, ras dan agama, dapat dikatakan ia menolak adanya sisitem kasta dalam masyarakat Hindu.
Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai. Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah kemaharajaan britania untuk kemudian membentuk persemakmuran. Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan. Hal ini tidak disetujui Gandhi.
Bagi Gandhi perjuangan untuk memerdekakan India tidak lagi menjadi penting, yang lebih penting adalah perjuangan untuk mengembalikan martabat, rasa harga diri dan roh/jiwa orang india.
Filsafat politik Gandhi dikenal dengan nama satyagraha atau setia pada kebenaran. Orang harus tetap berpegang teguh pada kebenaran sekalipun terancam oleh sekian banyak bahaya. Ia yakin bahwa Allah adalah kebenaran dan kebenaran adalah Allah.
Tiga kebajikan yang ia pegang adalah satya, cenderung pada kebenaran, alam dan manusia bersifat universal.  ahimsa, bersifat lembut dan brahmacarya (menarik diri/kekang diri) dalam agama Islam dikenal dengan orang yang ber akhlakul karimah.
Baginya kejahatan tidak boleh dilawan dengan kejahatan melainkan lawanlah dengan kebaikan dan cinta. Karena baginya musuh adalah saudara yang bodoh yang tidak tau kebenaran, jadi musuh itu bukan dilawan dengan kekerasan ataupun dimusnahkan tapi disadarkan.
Pemikiran Mahatma Gandhi Sebenarnya tidak begitu kompleks; justru sebaliknya, Gandhi dengan tegas memilih kesederhanaan, tidak hanya dalam menjelaskan ajarannya tetapi juga dalam praktek hidup. Hal itu nampak pada konsepnya tentang Tuhan, alam dan kehidupan dunia.
Gandhi mulai merintis perjuangannya sejak berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskiriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam disana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah/penguasa Afrika selatan.
Melalui ajarannya itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan cinta dan solidaritas.
Gandhi adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga serta tanpa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr.
Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia dituduh memihak kepada Muslim. Yang memang pada saat itu di India sudah berkembang agama Islam dan Kristen.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manaf, Mudjahid. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. II, 1996
Ali, Matius. Filsafat India sebuah Pengantar Hinduisme dan Buddhisme. Tangerang: Sanggar Luxor, 2010
Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: PT. Hanindita, 1988
Djam’annuri. Agama Kita: perspektif sejarah agama-agama (sebuah pengantar). Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, cet. II, 2002
Ghazali, M. Bahri. Studi Agama-Agama Dunia: Bagian agama non semitik. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994
Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Buddha. Jakarta: Gunung Mulia, cet. XVII, 2010
Kebung, Konrad. Filsafat Berfikir Orang Timur. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011
Koller, John M. Asian Phlosophies.Di terjemahkan oleh Donatus Sermada. ____: Ledalero, 2010
T. S. G. Molia. India: Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1959


[1] Harun Hadiwijono. Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: GunungMulia, 2010), cet. XVII, h.11
[2] Djam’annuri. Agama Kita: perspektif sejarah agama-agama (sebuah pengantar), (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2002), cet. II, h.36
[3] M. Bahri Ghazali. Studi Agama-Agama Dunia: Bagian agama non semitik, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994), h. 17
[4] Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet. II, h. 9
[5] M. Bahri Ghazali. Studi agama-Agama Dunia: bagian agama non semitik, h. 34
Disamping keempat golongan masyarakat tersebut diatas masih juga terdapat kasta yang lain yang dikenal dengan sebutan kasta paria. Kasta paria digolongkan sebagai kelompok masyarakat yang taraf kehidupanya sangat rendah sekali atau dapat dikatakan sebagai golongan masyarakat rakyat jelata yang kehidupannya tidak menentu.
[6] M. Bahri Ghazali. Studi agama-Agama Dunia: bagian agama non semitik, h. 35
[7] Konrad Kebung. Filsafat Berfikir Orang Timur, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011), h. 107
[8] Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama,  cet. II, h.15-16
[9] Djam’annuri. Agama Kita: perspektif sejarah agama-agama (sebuah pengantar),h. 37
[10] Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama,  cet. II, h. 16
[11] H. A. Mukti Ali. Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta: PT. Hanindita, 1988), h. 83
[12] H. A. Mukti Ali. Agama-Agama di Dunia, h. 83
[13] T. S. G. Molia. India: Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan, (Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1959), h. 28
[14] Konrad Kebung. Filsafat Berfikir Orang Timur, h. 102
[15] Konrad Kebung. Filsafat Berfikir Orang Timur, h. 103
[16] John M. Koller. Asian Phlosophies.Di terjemahkan oleh Donatus Sermada, (____: Ledalero, 2010), h. 213
[17] Matius Ali. Filsafat India sebuah Pengantar Hinduisme dan Buddhisme, (Tangerang: Sanggar Luxor, 2010), h. 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)