GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN INDIA
Kl. 2700 – 1500 SM: Peradaban Lembah
Sungai Indus
Mohenjodaro ditemukan disekitar sungai Indus. Terutama terpusat di
sepanjang Indus dan daerah punjab, peradaban diperluas ke sungai ghaggar-Hakra
lembah dan yamuna, gangga-doap yang meliputi sebagian besar Pakistan, meluas
kedalam negara-negara barat seperti India, Afganistan, bagian timur Balochistan
dan Iran.
Mohenjodaro dan Harappa merupakan kota terbesar yang berada di lembah
sungai Indus. Mohenjo-daro dan Harappa merupakan peradaban yang tinggi
nilainya, yang ditandai dengan adanya kota yang teratur penataannya. Rancangan
kota Mohenjodaro dan Harappa termasuk kota pertama di dunia yaitu menggunakan
sanitasi sistem. Didalam kota rumah-umah individu atau kelompok dibangun dalam
suatu pemukiman dengan memungkinkan sirkulasi udaranya, dengan jalan agar selau
mendapatkan udara yang segar. Dengan kata lain sistem sirkulasi udara di
Mohenjodaro pada waktu itu sudh ada. Air yang berada dirumah-rumah bersal dari
sumur. Dari sebuah ruangan yang tampaknya terlah disisihkan untuk mandi, air
limbanh diarahkan kesaluran tertutup yang berbasis di jalan utama. Indus kuno
sistem pembuangan air kotor dan saluran air yang dikembangkan dan digunakan
dikota-kota deseluruh wilayah Indus jauh lebih maju daripada yang ditemukan di
lokasi perkotaan kontemporer di Timur Tengah dan bahkan lebih efisien daripada
yang ada di banyak daerah di Pakistan dan India. Mohenjodaro dan Harappa juga
menggunakan sisrem irigasi, hal ini dilihat dari pembuatan pemukiman sudah
dipertimbangkan agar rumah-rumah tidak terkena banjir dengan membuat jalan air.
Semua rumah memiliki fasiliras air dan saluran air.
Sebagan besar penduduk kota telah bermata pencaharian sebagai pedagang,
pengrajin dan petani. Bahkan dari daerah jauh digunakan dikota-kota untuk
membangun segel, menak-menik dan objek lain. Beberapa segel yang digunakan
untuk cap tanah liat pada perdagangan barang dan mungkin memilik kegunaan lain
juga. Dan beberapa kerajinan ini masih diprektekan di India sampai saat ini.
Hasil kebudayaan yang terdapat di Mohenjodaro dan Harappa berupa seni pahat
atau ukir kerajinan. Banyak kerajinan seperti keramik dan batu akik dan
menak-menik mengilap digunakan dalam pembuatan kalung, gelang dan ornamen lain.
Mengingat banyaknya patung-patung ditemukan di lembah Indus telah secara
luas menyatakan bahwa orang-orang Mohenjodaro dan Harappa menyembah patung yang
di sebut ibu dewi yang melabangkan kesuburan. Beberapa lembah indus menunjukan
swastika yang dikemudian hari, agama dan mitologi, khususnya di india
agama-agama hinduisme dan jainisme. Bukti paling awal unsur-unsur Hindu yang ada sebelum dan
sesudah awal periode Harappa ditemukan simbol-simbol Hindu yang berupa siva
lingam
Kl. 1500 SM : Kedatangan Bangsa Arya di India Barat Laut
Kedatangan bangsa Arya ke india kuno
berlangsung secara bertahap Sehingga
dapat diartikan sebagai perpindahan. Bangsa arya melakukan
perpindahan karena semakin banyaknya
penduduk sehinggan lahan yang ditempati tidak sebanding atau tidak seimbang
dengan jumlah penduduknya.
Dibandingkan dengan peradaban bangsa sindh (peradaban bangsa
dravida), peradaban arya belum dapat dikatakan tinggi. Pada hakikatnya bangsa
arya adalah bangsa peternak. Setelah mereka menetap di india, baru mereka belajar
bercocok tanam dari bangsa dravida, sehingga lambat-laun mereka menjadi petani.[1]
Bangsa arya adalah bangsa yang pandai berperang. Hal ini disebabkan
karena kehidupan mereka yang mengembara.
Dengan latar belakang yang demikin inilah, kita akan membicarakan
keagamaan bangsa india.
Kl. 1200 - 880 SM : Perkembangan Veda
Zaman
ini dimulai dari datangnya bangsa arya kurang lebih 2500 tahun SM ke India,
dengan menempati lembah sungai Sindhu, yang juga dikenal dengan
nama Punjab (daerah lima aliran sungai).[2] Mereka
belum banyak penyesuaian dengan peradaban purba bangsa India. Ciri yang
menonjol pada periode ini adalah:
1.
Pembacaan
kitab-kitab suci weda yang empat (weda samhita) yang terdiri dari: rigweda
(1000 pujian atau sukta), sama weda (1549 stansa, pujian dalam bentuk
nyanyian), yajur weda (berisi yajus atau rapal), atharwa weda (berisi
mantra-mantra yang sakti).
2.
Korban-korban
untuk para dewata serta cenderung menggunakan sesaji dan diiringi pembacaan
mantra do’a, nyanyian, sutra suci.
3.
Menyembah
banyak dewa yang terdiri dari dewa yang dapat mengendalikan kekuatan alam
seperti: dewa angin (bayu), dewa awan (indra), dewa kesubran (sri), dan dewa
api (agni).[3]
Lebih
dari pada itu dapat dijelaskan bahwa pada zaman ini hidup keagamaan orang hindu
didasarkan atas kitab-kitab yang disebut:
Weda Samhita, yang artinya pengumpulan weda. Kata “Weda” berasal dari “Wid”
= tahu. Menurut tradisi hindu kitab-kitab ini ialah buah ciptaan dewa Brahma
sendiri. Isinya diwahyukan oleh dewa Brahma kepada para resi atau para pendeta
dalam bentuk mantera-mantera, yang kemudian disusun sebagai pujian-pujianoleh
para resi sebagai pernyataan rasa hatinya.[4]
Pandangan
mereka terhadap dewa-dewa pada zaman permulaan weda ini, pada hakikatnya adalah
seperti kepercayaan bangsa Arya di Iran sebelum mereka masuk India. Jadi
Politeisme, yaitu mempercayai dan menyembah banyak dewa dan dewa-dewa itu
antara yang satu dengan yang lain sama tinggi kedudukannya.
Menurut
kepercayaan kuno, disamping dewa-dewa masih ada roh-roh jahat yang berkuasa dan
sebagian merupakan musuh dewa.
Abad 6 SM : Mulai Sistem Kasta
Sistem
kasta mulai ada sejak zaman Brahmana, dimana pada masa itu brahmana mempunya
otoritas memahami Weda dan memahami kelompoknya sebagai kasta teringgi yang
tidak mudah bergaul dengan orang-orang yang berada dalam kasta di bawahnya.
Pembagian kasta tersebut ditetapkan secara langsung dalam kitab
suci brahmana berturut-turut sebagai berikut:
Sutra 4 menyebutkan bahwa ada empat kasta brahmana, Ksatriya,
waisya dan sudra. Sutra 5 menegaskan bahwa dari keempat kasta yang disebut
terlebih dahulu adalah yang lebih baik kelahirannya. Dalam sutra 6 dinyatakan
bahwa kewajiban orang-orang yang bukan sudra yang tidak berbuat kejahatan
adalah inisiasi, mempelajari kitab weda, membuat api upacara/suci. Hal tersebut
merupakan perbuatan yang berpahala. Dalam sutra 7 dinyatakan bahwa sudra wajib
tata kepada kasta-kasta diatasnya.
Didalam agama hindu masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yang
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.
Kasta brahmana, yang merupakan golongan
masyarakat yang dikategorikan sebagai pemuka agama atau yang berhak memimpin
keagamaan: membaca kitab, do’a, dan mantra serta memimpin upacara keagamaan
seperti kurban untuk para dewa.
2.
Kasta
ksatriya, adalah masyarakat yang keahliannya sebagai alat Negara yang
berkewajiban membela, mmpertahankan, menjaga keamanan Negara. Golongan ini
terdiri dari pada perwira, prajurit atau angkatan bersenjata dari semua tipe.
3.
Kasta
waisya, merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai kegiatan dibidang
perekonomian dengan tugas dan profesinya dibidang pemasaran, jual beli atau
perdagangan.
4.
Kasta
sudra, adalah sekelompok orang yang tugasnya dibidang pekerjaaan kasar atau
terlibat dalam kegiatan sebagai buruh (proletar) dalam kegiatan sehari-hari
baik dalam struktur kerja birokrasi, maupun stuktur kerja konvensional.[5]
Menurut ajaran hindu penetapan gologan masyarakat ini tidak
berdasarkan kepada hal yang bersifat kebetulan melainkan ditetapkan atas dasar
garis kelahiran (warna). Artinya seorang dimasukkan kelompok kastanya apabila
memang anggota keluarga atau lahir dilingkungan keluarga kasta tersebut. Dengan
demikian sangat mustahil untuk berpindah dari satu kasta ke kasta lain apapun
keahliannya.[6]
Abad 7 – 5 SM : Periode Trauma
Suku-suku Di India Utara
Abad 6 – 2 SM : Munculnya Sutras
Pada
zaman Wiracarita, orang sudah melihat pentingnya sarana-sarana pembantu untuk
dapat menjelaskan segala macam mantra dan bahasa-bahasa puitis, apalagi orang
sulit memahami bahasa Sankrit. Kitab-kitab Wedanta yang pada mulanya ditutur
secara lisan namun kemudian di bukukan dalam bentuk sutra, yakni
tulisan-tulisan singkat dalam bentuk prosa supaya mudah di baca dan di fahami.
Pentahapan
sutra-sutra itu adalah sebagai berikut:
1.
Kalpasutra (penjelasan sistematis tentang
korban).
2.
Dharmasutra (berisikan persyaratan tentang
dharma, yaitu tugas dan kewajiban manusia yang dituntut Weda). [7]
Kl. Tahun 600 – 200 SM : Penyusunan
Upanishad
kitab-kitab yang diakui tinggi mutunya sebagai
kitab filsafat hindu adalah Upanishad (artinya duduk bersimpuh didekat gurunya
untuk mendengarkan wejangan-wejangan yang bersifat rahasia (khusus). Upanishad terutama mengandung ajaran-ajaran filosofis tentang
hakikat atma (atmawidya). Jadi titik beratnya adalah ontology. Didalamnya
diuraikan tentang hubungan antara Brahman dan atman.[8]
Kehidupan
agama Hindu pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanishad yang
tergolong Sruti dan dijelaskan secara filosofis. Konsepsi-konsepsi menyangkut
keyakinan Panca Sraddha dijadikan
titik tolak pembahasan oleh para arif bijaksana dan para rsi. Selain itu,
konsep tentang tujuan hidup disebut Catur
Purusa Artha yang terdiri dari dharma,
artha, karma dan mokhsa, diformulasikan
menjadi lebih jelas.[9]
Didalam upanishad terdapat uraian
filosofis tentang atman, Brahman, karma, samsara dan moksa, yang kemuian
dijadikan pancasraddha hindu. Dengan singkat, masa Upanishad ini merupakan
permulaan kesuburan filsafat hindu.[10]
Abad 4 SM :
Permulaan Literatur Saiva
Disini siwa dianggap sebagai dewa
tertinggi, sementara Brahma dan Wisnu dianggap sebagai penjelmaan dari siwa. Pemeluk-pemeluk aliran ini sangat optimis
terhadap kebulatan kekuasaan dewa Siwa ini. Karena ia dipercayai dapat menjelma
menjadi berbagai bentuk kedewataan yang menggambarkan akan kekuasaannya yang
besar.
Dalam aliran siva-Bhagavata, Siwa sering kali diberi avatara-avatara yang hampir
sama dengan yang ada pada aliran Wisnu. Hanya saja dalam aliran Siwa
avatara-avatara tersebut tidak besar pengaruhnya, dan Siwa tetap menonjol dari
padanya.[11]
Tokoh aliran Siwa yang
terkenal adalah meykanda yang
mengajarkan konsep pati (tuhan) itu
kekal, berada tanpa sebab dan maha kuasa. Tuhan adalah Siwa yang berada
dimana-mana dan mengetahui segala sesuatu, segala sesuatu adalah ciptaannya
melalui “sakti” nya. Pasu (jiwa) juga kekal. Pasu terkandung oleh mala (semacam karat) yang
terdiri dari tiga pasa (ikatan, persatuan), yaitu anava, karma dan maya sehingga jiwa selalu berada dalam samsara.
Hanya oleh Siwa yang berkuasa atas maya jiwa dapat lepas dari samsara dan
mencapai moksa.[12]
Kl 327 BC – 325 M :
Alexander Agung (Kampanye di India)
Kl. 272 – 232 SM :
Asoka Maurya
Asoka Vandhana
(272 – 232 SM). Adalah salah seorang raja termasyhur yang memerintah pada
kerajaan Maurya. Sebelum Asoka naik tahta kerajaan, ia memegang kekuasaan
sebagai raja muda di India Barat, suatu ujian untuk menunjukan kecakapannya.
Berlainan dengan nenek dan ayahnya ia ternyata seorang yang lemah lembut,
peramah, dan suka berbakti, setia kepada agama dan amat mengasihi rakyatnya.
Walaupun demikian ia terpaksa berperang untuk mengadakan ketentraman di Deccan
dan menaklukan kerajaan Kalinga (di pantai Teluk Benggala).
Di
tahun 249 SM atau 24 tahun sejak Asoka menjadi raja, baginda ziarah mengunjungi
semua tempat-tempat suci yang bersangkutan dengan hidup dan pengajaran Gautama
Buddha. Kota-kota itu ialah, Kapilavastu (tempat lahir Buddha), Sarnath dekat
Benares (tempat Buddha pertama kali menyebarkan agamanya), Sravasti, Gaya
(tempat pohon bodhi yang suci), dan Kusinagara (tempat wafatnya). Di
tempat-tempat itu baginda memberi sedekah dan mendirikan tanda-tanda peringatan
yang sampai sekarang sangat berarti bagi ilmu sejarah.[13]
Dengan
resmi raja Asoka meninggalkan agama Brahma dan memeluk Buddha. Kemudian baginda
masuk bikhsu (reshi), dari sikap ini jelaslah bahwa agama buddha di zaman itu
mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas titah raja Asoka didirikan
kurang lebih 48.000 buah stupa yang masih ketinggalan ialah stupa yang mahsyur
di Sanchi (India Tengah), dekat ibu negeri provinsi yang di bawah
pemerintahannya dulu.
Dari
zaman Asoka sampai sekarang pulau Sailan adalah pusat pertahanan Buddha.
Dalam
sejarah India belum pernah terdapat seorang raja yang begitu luas kerajaannya
seperti Asoka. Kerajaan Chandragupta di abad ke-5 Sesudah M dan kerajaan Moghul
(Sultan Akbar dan keturunannya) di abad ke-16 dan 17 tidak sampai menyamai
kerajaan Asoka itu.
Yang
penting sekali dalam sejarah pemerintahan Asoka yang memahsyurkan namanya pula
sampai sekarang ialah tulisan-tulisan (prasasti) yang dipahat di
dinding-dinding dan tiang-tiang batu (Zuilen).
Kl. 200 BC – 200 SM :
Hukum Manu mulai disusun
Kl. 170 – 175 SM :
Kepemimpinan Yunani di Punjab
Kl. 100 SM :
Penulisan Bhagavadgita
Bhagavadgita
Paralel dengan khotbah Yesus Kristus di Bukit dalam pandangan Kristen. Dalam
ktab ini jelas tertuang kepercayaan akan Tuhan. Ditulis sekitar abad 1 atau 2
SM di daerah barat sungai Gangga dan dilihat sebagai kitab suci Hindu ke 5. Ia berisikan
petunjuk bagaiman seharusnya hidup agar bisa dicapai persatuan dengan Tuhan.
Gita tentang Tuhan ini berisikan pengakuan akan adanya yang tertinggi sebagai
sumber segala yang ada (Brahman). Gita ini juga harus terjelma dalam pribadi
Khrisna di dunia ini pada saat kacau (ingat perang pandawa melawan kurawa).
Gita Khrisna berarti Tuhan penyelamat.[14]
Dalam
Bhagavadgita juga nampak bahwa pemikiran non-Brahmanik dan pra-Aryan orang
India asli sungguh-sungguh dipadukan dan diselaraskan dengan ide-ide Vedik dari
orang-orang Arya.
Bhagawadgita menggunakan tiga jalan pelepasan untuk membebaskan
diri dari berbagai macam gunas, yaitu:
a.
Jnana marga, pelepasan melaui pengetahuan
b.
Karama marga, pelepasan melalui karma
c.
Bhakti marga, pelepasan melalui kasih
penyerahan diri dan penyembahan kepada Tuhan.
Bhagawadgita berpangkal pada tiga prinsip utama, yaitu:
a.
Purushottama (purusa tertinggi): atman
tertinggi yang disebut Iswara atau Tuhan yang kekal.
b.
Purusa, jiwa atau inti pribadi individual yang
tidak berubah dan tidak aktif.
c.
Prakrti (ajiva= asas kebenaran) dengan tiga
gunasnya.
Kl. 200 M :
Awal sistem berfikir Wedanta
Dalam
tradisi Wedanta diakui bahwa beng universal atau “diri” dalam tradisi
Vedik-Aryan berdiam dalam individu dan memberinya hidup.
Reaksi
paradoksal seperti ini (antara makhluk fenomenal dengan nukleus anonim dan
tidak dapat binasa ini) diungkapkan dalam kata-kata sebagai berikut:
The blind one found the jewel
The one without fingers picked it up
Teh one with no neck put it on
And the one with no voice geve it
praise
(T. Aranyaka 1, 11.5)
Sering
kali vedanta dikenal dengan nama bagian veda yang kudus, yakni upanishad.
Vedanta berarti akhir weda. Yang menjadi dasar filsafat Wedanta adalah
Upanishad Bhagavadgita dan Vedanta-sutra. Filsafat wedanta lahir untk merespon
zaman Upanishad. Pokok ajarannya adalah membicarakan tentang Tuhan, Roh dan
Dunia (Brahman , atman dan Alam).
Seorang
calon vedantik harus memperhatikan hidup monastik dan asetik dan harus melewati
tiga langkah sebagai persiapan:
1)
Sravana: belajar dan mendengarkan guru
2)
Manana: refleksi, meditasi dan berfikir terus
menerus
3)
Ninidhyasaman: perhatian intensif harus
terterah kepada visi intern dan konsentrasi mendalam
Masih ada
sejumlah disiplin yang harus dipenuhi yakni:
1)
Yama 5)
Pratyahara
2)
Niyama 6)
Dharana
3)
Asana 7)
Dhyana
4)
Pranayama 8)
samadhi
Kl. 320 – 550 M : Kekuasaan Gupta
Kl. 800 M :
Filsafat Wedanta oleh Sankara
Wedanta merupakan suatu sistem yang sangat berpengaruh (oleh
sankara). Pendirinya adalah Shankara (abad ke-8), menurut Shankara Brahman dan
alam berbeda, tidak ada yang ada kecuali Brahman yang lain tentang
alam hanyalah ilusi karena keadaannya dapat berubah. Shankara membagi
pengetahuan kedalam dua macam:
a.
Pengetahuan
tinggi, kebenaran yang memang benar (Brahman).
b.
Pengetahuan
rendah, kebenaran yang tidak membawa kenyataan yang sebenarnya (alam)
Tentang
moksa, Shankara berpendapat bahwa orang akan mencapai moksa, jika sudah tidak
tertarik dengan kehidupan dunia, karena dunia hanyalah semu. Semakin orang
mengikat dengan kehidupan dunia maka akan semakin jauh dengan moksa.
Metafisika
adwaita vedanta berarti vedanta yang non dualistik dan mengakui bahwa realitas
tertinggi hanyalah satu. Daya hidup Ilahi yang dapat meresapi universum dan
mendiami setiap ciptaan adalah realitas batin kita sendiri.[15]
Kl. 1100 M : Pembelaan Tradisi Vaishnava oleh Ramanuja
Ramanuja (abad ke-11) adalah pendiri
Wasistadwaita-Wedanta, berbeda dengan sankara yang hanya mengakui satu yang ada
yaitu Brahman, menurut Ramanuja bahwa ada dua yang tampak namun tak dapat
dipisahkan yaitu adanya substansi dan sifat, seperti mawar merah,
mawar=substansi, merah=sifat (antara mawar dan merah adalah dua hal yang
berbeda namun tak dapat dipisahkan), sama halnya tidak bisa menjelaskan Brahman
tanpa adanya manifes dari Atman (ada yang dijelaskan dan ditentukan), artinya
bahwa Brahman berbeda dengan Atman namun tak dapat dipisahkan, kehidupan
hanyalah manifes dari Brahman.
Seperti dikemukakan dalam literatur, sekitar
abad ke-4 ada dua dewa yang sangat terkenal yaitu wisnu dan Siwa pada masa
purana sekitar 300-1200, wisnu sangat tinggi kedudukannya dan sangat luas
pengaruhnya karena ajaran avataranya yang dikembangkan saat itu. Dalam purana,
wisnu dinyatakan mempunyai beberapa avatara secara tradisional), akan tetapi
kalau diperhatikan benar-benar barangkali saja ada lebih dari duapuluh avatara.
Kl. 1200 – 1757 M : Masa Kekuasaan Islam di India
Pemikiran Islam sudah berekembang di India
sejak awal abad ke-13. Meskipun penaklukkan Muslim pertama terjadi awal abad
ke-8 (kemenangan pertama Jenderal Qosim terjadi tahun 712 M), namun pemikiran
Islam baru ada sesudah pasukan Jengis Khan merebut wilayah-wilayah Muslim yang
mengakibatkan masuknya budaya Islam ke India. Dengan kehancuran pusat-pusat
kebudayaan Islam terbesar dan kehancuran pusat-pusat studi di Samarqond, Balkh,
Gahznin dan akhirnya tahun 1258 Baghdad sendiri, banyak cendikiawan Muslim,
para penyair, seniman, ilmuwan dan para pakar sejarah melarikan diri ke India.
Dengan segera kesultanan Delhi dan pemerintahan Mughal di India menjadi
pusat-pusat yang tidak sekedar pusat pemerintahan politik; mereka menjadi
pusat-pusat terkenal untuk studi Islam.[16]
Ciri yang menonjol pada masa Muslim
(1200-1757) ini adalah berkembangnya agama Wishnu. Dua nama besar dari Selatan
adalah Vallaba (1479-1531) dari India Selatan dan Caitannya (1486-1533) dari
wilayah Bengal. Keduanya mengajarkan jalan devosi yang berpusat pada Krishna
dan Radha. Agama Wishnu popular ini disebarkan di wilayah Maharastra oleh
Namadeva (abad ke 14) dan Tukaran (abad ke 17); sedangkan di Utara, agama
Wishnu berkembang dalam bentuk penyembahan terhadap Rama. Tokoh yang terkenal
dari India Utara adalah Ramananda (abad ke 14).[17]
1757 – 1947 M : Kekuasaan Inggris di India
1772 M : Lahirnya Ram Mohan Ray
Filsafat
India bangkit dalam penjumpaan dengan filsafat barat lewat
pembaharuan-pembaharuan dibawah Ram Mohan Ray (1772-1833). Ia memperoleh
pendidikan baik di Barat dan juga mempelajari agama-agama lain seperti agama
kristen disamping Hindu dan Buddha. Ia dikenal sebagai pembaharu agama tapi
juga pembaharu sosial, seperti memberantas poligami dan sati (pembakaran
janda). Gerakan yang dipimpinnya bernama Brahma Samaj yang berarti masyarakat
Brahman. Ajarannya kemudian dikembangkan
oleh Debendranath tagore (1841), ayah dari Rabindranath Tagore
(1861-1941) yang lebih keras terhadap agama Kristen.
1828 M : Berdirinya Brahma Samaj
Gerakan
Brahma Samaj merupakan gerakan pembaharuan Hinduisme sebagai reaksi dari
pengaruh agama Kristen yang didirikan di Bengala. Gerakan ini menolak politeisme,
pemujaan patung-patung, korban binatang, memberantas praktek sati, perkawinan
anak-anak dan poligami.
Diantara tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut:
1.
Ram Mohan Ray (1774-1833)
2.
Debendranath
tagore (1817-1905)
3.
Keshab Candra Sen (1838-1884)
1875 M : Berdirinya Arya Samaj
Gerakan Arya Samaj didirikan oleh Swami Dayanand Saraswati
(1824-1884) yang didirikan pada tahun 1875 bertujuan untuk memperbarui agama
Hindu dan membuat sintesa antara yang lama dengan yang baru, Timur dengan
Barat. Ajarannya ialah bahwa Veda merupakan wahyu Tuhan satu-satunya dan
menjadi sumber pokok ilmu agama semua manusia.
1893 M : Vivekananda (Misionaris Hindu pertama ke USA)
Swami
Vivekananda adalah tokoh terbesar yang sangat berpengaruh dalam “mendinamiskan
agama Hindu”. Ia pernah menghadiri parlemen agama-agama dunia di Chicago. Ia
merupakan murid Rama Khrisna yang menyebarkan ajaran Ramakhrisna mission.
1905 M : Muncul Kelompok nationalis anti Inggris di Bengal
1947 M : Kemerdekaaan India
India dan Pakistan menjadi negara merdeka dan berdaulat pada 15
Agustus 1947.
1948 M : Gandhi Meninggal
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di
negara bagian Gujarat di
India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Gandhi
adalah seorang Hindu (sanata
Dharma) yang taat, yang mengakui bahwa kebenaran bisa
datang dari mana saja.
Situasi sosial, politik dan keagamaannya bahwa
ia terlahir dari keluarga yang kuat beragama dan kaya, dalam kegamaannya, yaitu
agama hindu yang terinspirasi oleh ajaran agama-agama lain, seperti tidak
memakan daging, vegetarian dan berpuasa pada hari-hari tertentu. ia menikah
muda pada usia 14 tahun hal ini sesuai dengan kebudayaan India. Selain dari
pada itu ia berpendapat bahwa adanya persamaan hak bagi semua manusia tanpa
perbedaan kulit, ras dan agama, dapat dikatakan ia menolak adanya sisitem kasta
dalam masyarakat Hindu.
Gandhi adalah salah seorang yang paling penting
yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia
adalah aktivis yang
tidak menggunakan kekerasan, yang
mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Ketika kembali ke India, dia
membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini
memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang
mendapatkan kemerdekaannya dan memecah kemaharajaan britania untuk kemudian
membentuk persemakmuran. Pada 1947, India
menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan. Hal
ini tidak disetujui Gandhi.
Bagi
Gandhi perjuangan untuk memerdekakan India tidak lagi menjadi penting, yang
lebih penting adalah perjuangan untuk mengembalikan martabat, rasa harga diri
dan roh/jiwa orang india.
Filsafat
politik Gandhi dikenal dengan nama satyagraha atau setia pada kebenaran. Orang
harus tetap berpegang teguh pada kebenaran sekalipun terancam oleh sekian
banyak bahaya. Ia yakin bahwa Allah adalah kebenaran dan kebenaran adalah
Allah.
Tiga
kebajikan yang ia pegang adalah satya, cenderung pada kebenaran, alam
dan manusia bersifat universal. ahimsa,
bersifat lembut dan brahmacarya (menarik diri/kekang diri) dalam agama
Islam dikenal dengan orang yang ber akhlakul karimah.
Baginya
kejahatan tidak boleh dilawan dengan kejahatan melainkan lawanlah dengan
kebaikan dan cinta. Karena baginya musuh adalah saudara yang bodoh yang tidak
tau kebenaran, jadi musuh itu bukan dilawan dengan kekerasan ataupun
dimusnahkan tapi disadarkan.
Pemikiran
Mahatma Gandhi Sebenarnya
tidak begitu kompleks; justru sebaliknya, Gandhi dengan tegas memilih
kesederhanaan, tidak hanya dalam menjelaskan ajarannya tetapi juga dalam
praktek hidup. Hal itu nampak pada konsepnya tentang Tuhan, alam dan kehidupan
dunia.
Gandhi mulai merintis
perjuangannya sejak berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia
melihat adanya perlakuan diskiriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat
terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam disana untuk melakukan
tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah/penguasa Afrika selatan.
Melalui ajarannya itu, sejak tahun 1906, Gandhi
terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan cinta dan solidaritas.
Gandhi adalah pemimipin yang paling
inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga
serta tanpa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk mencapai perubahan
sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti
perjuanagan Marthin Luther King Jr.
Pada 30
Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi
karena ia dituduh memihak kepada Muslim. Yang memang pada saat itu di India sudah berkembang agama Islam
dan Kristen.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manaf,
Mudjahid. Sejarah Agama-Agama. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, cet. II, 1996
Ali, Matius. Filsafat India sebuah Pengantar Hinduisme
dan Buddhisme. Tangerang: Sanggar Luxor, 2010
Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: PT.
Hanindita, 1988
Djam’annuri. Agama Kita: perspektif sejarah agama-agama
(sebuah pengantar). Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, cet. II, 2002
Ghazali, M.
Bahri. Studi Agama-Agama Dunia: Bagian
agama non semitik. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994
Hadiwijono, Harun. Agama
Hindu dan Buddha. Jakarta: Gunung Mulia, cet. XVII, 2010
Kebung,
Konrad. Filsafat
Berfikir Orang Timur. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011
Koller, John M. Asian
Phlosophies.Di terjemahkan oleh Donatus Sermada. ____: Ledalero, 2010
T. S. G. Molia.
India: Sejarah Politik dan Pergerakan
Kebangsaan. Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1959
[1]
Harun Hadiwijono. Agama Hindu dan Buddha,
(Jakarta:
GunungMulia, 2010), cet. XVII, h.11
[2]
Djam’annuri. Agama Kita: perspektif
sejarah agama-agama (sebuah pengantar), (Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2002), cet. II, h.36
[3]
M. Bahri Ghazali. Studi Agama-Agama
Dunia: Bagian agama non semitik, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994), h.
17
[4] Mudjahid
Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet. II, h. 9
[5]
M. Bahri Ghazali. Studi agama-Agama
Dunia: bagian agama non semitik, h. 34
Disamping keempat golongan masyarakat tersebut diatas masih juga terdapat
kasta yang lain yang dikenal dengan sebutan kasta paria. Kasta paria
digolongkan sebagai kelompok masyarakat yang taraf kehidupanya sangat rendah
sekali atau dapat dikatakan sebagai golongan masyarakat rakyat jelata yang
kehidupannya tidak menentu.
[6]
M. Bahri Ghazali. Studi agama-Agama
Dunia: bagian agama non semitik, h. 35
[7]
Konrad Kebung. Filsafat Berfikir
Orang Timur, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011), h. 107
[8]
Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah
Agama-Agama, cet. II, h.15-16
[10]
Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah
Agama-Agama, cet. II, h. 16
[12] H. A. Mukti Ali. Agama-Agama
di Dunia, h. 83
[13] T. S. G.
Molia. India: Sejarah Politik dan
Pergerakan Kebangsaan, (Jakarta: Dinas
Penerbitan Balai Pustaka, 1959), h. 28
[14]
Konrad Kebung. Filsafat Berfikir
Orang Timur, h. 102
[15]
Konrad Kebung. Filsafat Berfikir
Orang Timur, h. 103
[16] John M. Koller. Asian Phlosophies.Di terjemahkan oleh
Donatus Sermada, (____: Ledalero, 2010), h. 213
[17] Matius Ali. Filsafat India sebuah Pengantar Hinduisme
dan Buddhisme, (Tangerang:
Sanggar Luxor, 2010), h. 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)