Sad darsana
artinya enam pemikiran filsafat yang diterima dan diakui sebagai bagian yang
tidak dapat dilepaskan dari system kepercayaan agama hindu.
1.
Filsafat
samkhya
Pendiri
ajaran ini bernama Maharsi Kapila, yang menulis samkhyasutra. Kitab-kitab
tattwa seperti Wrhaspatitattwa Jnana, Ganapati tattwa berbahasa jawa kuno dalam
Saiwapaksa banyak mendapat pengaruh dan bahkan merupakan ajaran samkhya dan
yoga. Menurut filsafat samkhya, hakikat manusia dan alam semesta terdiri dari
dua unsure, yaitu purusa, asas
kejiwaan (rohani) dan prakrti, asas
badani (materi/jasmani). Kedua asas ini, terutama setelah purusa bertemu dengan
prakrti, akan menyebabkan prakrti berkembang sebagai unsure penyusun tubuh
manusia maupun alam semesta.[1]
Jadi
ajaran tentang sebab dan akibat (kausalitas) disini dipergunakan untuk
membukyikan adanya prakrti.[2]
Tiap-tiap kejadian itu hanya wujud pernyataan sesuatu, yang telah termuat
didalam sebabnya.
Selanjutnya
didalam prakrti terdapat tiga bagian
yang membentuk semesta yakni: sattwa,
unsure-asali dari segala yang terang, sesuatu yang memberi kepuasan,
ketentraman, yang mengkan hati manusia. Rayas,
nafsu yang berkobar, sesuatu yang menimbulkan rasa tidak senang dan tidak
tentram. Tamas, kegelapan, yang
berat, yang tidak bernafsu, yang muram, yang sedih, merasa hancur dan duka cita.
Jika
prakrti dan purusa saling mendekati terjadilah proses yang banyak seluk
beluknya sebagai berikut:
1. Lahirlah
budi, kesadaran.
2. Unsure
kedua adalah ahamkara, kesadaran akan adanya sesuatu “aku” (subjek)
4-13.
manas terbagi menjadi 10 daya kekuatan yang bermacam-macam,
-
Lima budi-indria - karma-indria
Perasaan berkata
Pendengaran memegang
Penglihatan berjalan
Pengecap mengosongkan
Pencium bersalin
14-18.
kemungkinan pengindraan itu mendapat juga isi: kelima tanmatra. Kecuali daya
penglihatan ada juga kesan-kesan penglihatan; selain perasaanada juga
pengindraan perasaan atau kesan perasaan.
Kedelapanbelas pokok ini semuanya masih
berupa setengah jiwa, termasuk dalm tingkatan badan yang halus yang bersama
sama mewujudkan ” badan linga” yang artinya cirri jiwa perseorangan.
19-23.
Benda yang kasar, “Zat” didalam pengretian filsafat barat terdapat lima buah
anasir: Eter (Mahabhuta), hawa, api, air, bumi.
Jika pada tiga buah pokok ini kita
tambahkan lagi prakerti dan kurusa terdapatlah jumlah 25. Ini adlah bilangan
yang paling kramat pada system samkhya.
Menurut ajaran
samkhya, ada 3 sumber untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu :
a. Pratyaksa
pramana adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan dengan cara
pengenalan terhadap obyek itu pasti dan benar melalui penentuan buddhi.
b. Anumana
pramana yaitu pengetahuan yang didapat atas dasar kesimpulan. Dalam hal ini apa
yang diamati akan menghantarkan seseorang pada pengetahuan yang tidak diamati
langsung melalui hubungan universal.
c. Sabda
pramana adalah pernyataan dari yang kuasa dan memerikan pengetahuan mengenai
suatu obyek yang tidak dapat diketahui atas dasar pengetahuan pengamatan dan
penarikan kesimpulan.
Ajaran tentang moksa atau kelepasan
merupakan tujuan akhir dari filsafat samkhya. Dalam ajaran samkhya, kelepasan
itu adalah penghentian yang sempurna dari semua penderitaan.
2.
Filsafat
yoga
Secara etimologi, kata yoga diturunkan dari kata yuj
( sansekerta), yoke (Inggris),
yang berarti ‘penyatuan’ (union). Yoga berarti penyatuan kesadaran manusia
dengan sesuatu yang lebih luhur, trasenden, lebih kekal dan ilahi. Menurut
Panini, yoga diturunkan dari akar sansekerta
yuj yang memiliki tiga arti yang berbeda, yakni: penyerapan, samadhi (yujyate) menghubungkan (yunakti),
dan pengendalian (yojyanti). Namun
makna kunci yang biasa dipakai adalah
‘meditasi’ (dhyana) dan penyatuan (yukti).
Pembangun
ajaran ini adalah maharsi patanjali. Bila kitab weda merupakan pengetahuan suci
yang sifatnya teoritis, maka yoga merupakan ilmu yang sifatnya praktis dari
ajaran weda.
Tulisan pertama
tentang ajaran weda adalah kitab yoga sutra karya maharsi patanjali. Seluruh
kitab yoga sutra terbagi atas empat bagian yang terdiri dari 194 sutra. Bagian
pertama disebut samadhipada yang berisi ajaran yoga. Bagian ke dua,
sadhanapada memuat tentang cara pelaksanaan yoga seperti mencapai Samadhi,
tentang kedukaan, karmaphala dan sebagainya. Bagian ke tiga disebut
wibhutipada berisi segi batiniyah ajaran yoga tentang kekuatan ghaib yang
diperoleh dalam melaksanakan yoga. Bagian ke empat disebut kaiwalyapada
melukiskan tentang alam kelepasan dan kenyataan roh yang mengatasi alam
duniawi. Patanjali mengartikan yoga sebagai berhentinya kegoncangan pikiran.
Keadaan ini ditentukan oleh intensitas sattva, rajas dan tamas.
Ajaran
filsafat Yoga yang terpenting adalah citta (pikiran) citta dipandang sebagai
hasil pertama dari prakrti yang juga meliputi Ahamkara dan Manas. Didalam citta ini Purusa dipantulkan dengan
penerimaan pantulan Purusa Citta ini menjadi sadar dan berfungsi. Tiap citta
berhubungan dengan satu tubuh sehingga dengan demikian Purusa dibebaskan dari
belenggu badan dalam kehidupan sehari-hari citta disamakan dengan wrtti, yaitu bentuk-bentuk perubahan
citta dalam penyesuaian diri dengan objek pengamatan. Melalui aktifitas citta
ini, purusa tampak bertindak, bergirang atau menderita.
Patanjali, dalam Kita Yoga Sutras,
memuat penjelasan tentang delapan aspek yoga yang dikenal dengan ashtanga-yoga.
Kedelapan ruas ini, seringkali digambarkan sebagai tangga yang membimbing
kehidupan biasa menuju realisasi Diri dan melampaui personalitas ego.
Delapan jalan
menuju ‘penyatuan’ Asthanga-yoga dan
Etika dalam ajaran Yoga
Tujuan Yoga ialah untuk
mengembalikan Citta itu dalam
keadaannya yang semula, yang murni tanpa perubahan, sehingga dengan demikian purusa itu dibebaskan dari
kesengsaraannya. Sementara menurut Matius Ali, Tujuan Yoga Patanjali adalah
mencapai kebebasan melalui konsentrasi dan Samadhi. Istilah teknis untuk
pencapaian ini adalah ‘pembebasan’ (kaivalya).
Mahārși Patañjali dalam kitab Yoga Sutras menyusun ‘8 ruas yoga’
(Asthanga-yoga) sebagai sebuah metode spiritualitas praktis dalam Yoga Sutras
1.
Disiplin Moral (Yama) 5.
Pengendalian Indera (Pratyahara)
2.
Disliplin Diri (Niyama) 6.
Konsentrasi (Dharana)
3.
Postur Tubuh (asana) 7.
Meditasi (Dhyana)
4.
Pengendalian Napas (pranayama) 8. Ekstasis (Samadhi)
Agar purusa itu bisa dilepaskan dari ikatan prakrti, orang harus dapat menindas wrtti itu, yaitu dengan meniadakan klesa-klesa. Sebab klesa itu
mewujudkan satu fungsi yang menjadi dasar pembentukan karma, yang menimbulkan awidya atau ketidak-tahuan. Hal ini
hanya dapat diwujudkan melalui usaha (abhyasa)
yang terus-menerus dan keadaan tanpa nafsu (wairagya).
Manusia dapat melepaskan diri dari nafsu melalui usaha dan latihan yang panjang
sehingga dapat membedakan antara pribadi dengan yang bukan pribadi, melalui asthanga-yoga.
3.
Filsafat
mimamsa
Pendiri
ajaran ini adalah maharsi jaimini. Sumber utamanya adalah keyakinan akan
kebenaran dan kemutlakan upacara dalam kitab weda (brahmana kalpasutra).
Mimamsa mengajarkan bahwa tujuan akhir umat manusia adalah muksa, dan jalan
untuk mencapainya adalah dengan cara melaksanakan upacara keagamaan seperti
tersebut dalam weda.
Kata Mimamsa, berarti penyelidikan
yang sistematis terhadap Veda. Purwa Mimamsa secara khusus mengkaji bagian
Veda, yakni kitab-kitab Brahmana dan Kalpasutra, sedang bagian yang lain
(Aranyaka dan Upanisad) dibahas oleh uttara Mimamsa yang dikenal pula dengan
nama yang populer, yaitu Vedanta. Purwa Mimamsa sering disebut Karma Mimamsa,
sedang Uttara Mimamsa disebut juga Jnana Mimamsa.
Sebagai tokoh aliran Mimamsa ialah Jaimini yang hidup antara abad 3-2 SM
dengan ajaran pokok yang diuraikan dalam kitab Mimamsa-Sutra. Dalam jaman
kemudian ajaran dalam mimamsa-sutra dikomentari oleh para pengikutnya seperti :
Sabaraswamin sekitar abad ke 4 Masehi dan Prabhakarya sekitar tahun 650. Serta
yang terakhir oleh Kumarila Bhata sekitar tahun 700. Oleh karena itu dalam
perkembangan selanjutnya terjadilah dua aliran dalam Mimamsa yaitu disatu pihak
pengikut Prabhakara dan yang lainnya adalah pengikut Kumarila Bhata. Kedua
aliran ini tetap berpegang pada pokok ajaran Mimamsa walaupun tujuan mereka
masing-masing ada perbedaan.
Ajaran dalam filsafat Mimamsa
Pokok
pembicaraan di dalam Mimamsa ialah peneguhan kewibawaan kitab Weda dan pembuktian bahwa kitab Weda
membicarakan upacara-upacara keagamaan. Oleh karena itu Mimamsa juga disebut Karma-Mimamsa.
Ajaran Mimamsa dapat disebut pluralistis dan
realistis, artinya: Aliran ini menerima adanya kejamakkan jiwa dan pergandaan
asas bendani yang menyelami alam semesta ini, serta mengakui bahwa obyek-obyek
pengamatan adalah nyata
Mimamsa menekankan bahwa kodrat pengetahuan itulah
yang memberi kesaksian terhadap dirinya sendiri. Keyakinan kita akan kebenaran
klaim yang ditunjuk pengetahuan dari kodratnya muncul sebagi satu sosok
pengetahuan itu sendiri. Mengenai alat atau cara untuk mendapatkan pengetahuan
Prabhakara mengajarkan lima cara, sedangkan Kumarila Bhata mengajarkan enam
cara termasuk yang diajarkan oleh Prabhakara. Keenam cara itu ialah:
1. Pengamatan
(Pratyaksa)
2. Penyimpulan
(anumata)
3. Kesaksian
(Sabda)
4. Perbandingan
(Upamana)
5. Persangkaan (Arthapatti)
6. Ketiadaan (Anupalabdi)
Yang menjadi tujuan pokok Mimamsa adalah : Menyusun
aturan dan teknik untuk menerangkan ajaran Weda terutama tentang pelaksanaan
Dharma. Yang dimaksud dengan dharma disini adalah upacara-upacara keagamaan
yang bersumber pada Weda, termasuk pula tuntunan kesusilaan.
Mimamsa mengajarkan, bahwa tujuan hidup manusia yang
terakhir ialah menyesuaikan diri dengan sistim-sistim yang lain, yaitu Moksa (kelepasan).
Jalan untuk mendapatkan kelepasan adalah
pelaksanaanupacaraaupacara keagamaan seperti yang diajarkan oleh kitab Weda,
yaitu tindakan-tindakan yang diwajibkan dan menjauhkan diri dari perbuatan yang
terlarang. Karena keinginan yang berlebih-lebihan untuk mempertahankan
kebebasan dan keutuhan Weda, Mimamsa tidak memberikan tempat tempat kepada
Tuhan di dalam sistimnya. Weda tidak memiliki penyusun, baik manusia maupun
Tuhan di dalam sistimnya. Seandainya dunia ini dijadikan oleh Tuhanyang
mahakuasa dan maha pemurah, tidaklah mungkin di dalam dunia ada kesengsaraan.
Dunia tidak dijadikan Tuhan, sebab dunia ini tidak berawal dan tidak berakhir.
Tidak ada penciptaandan tidak ada peleburan dunia. Tidak ada waktu dimana akan
ada dunia yang lain daripada dunia sekarang ini. Oleh karena itu juga tiada
Tuhan. Bahkan dewa-dewa, yang kepadanya mula-mula korban-korban dipersembahkan
apakah ada dewa atau tidak, bukan soal yang penting.
Alam ini tidak dibuat oleh Tuhan karena alam ini ada
dengan sendirinya. Kedua aliran Mimamsa baik Prabhakara maupun Kumarila Bhata
sama-sama mengajarkan adanya empat unsur di alam ini yaitu : Substansi,
kualitas, aktifitas dan sifat umum.
Substansi menurut Prabhakara terdiri dari sembilan
(9) yaitu:
a.
Bumi f.
Akal
b.
Air g. Pribadi
c.
Api h. Ruang
d.
Hawa i.
Waktu
e.
Akasa
Sedangkan Kumarila Bhata mengajarkan ada sebelas
(11) bagian substansi yaitu sembilan yang diajarkan oleh Prabhakara dan
ditambah dengan unsur lagi yaitu : kegelapan (tamasa) dan suara (sabda).
4.
Filsafat
nyaya
Secara harfiah, kata “Nyaya” berarti sarana yang
membimbing pikiran untuk mencapai suatu kesimpulan. Kata Nyaya lantas menjadi
setara dengan ‘Argumen”,karena itu system filsafat yang menggunakan argument
secara menyeluruh disebut filsafat nyaya. Secara popular, nyaya berarti ‘benar’
atau ‘lurus’,sehingga nyaya menjadi sains tentang penalaran yang benar. Dalam
arti sempit, ‘nyaya’ berarti penalaran silogistis,sedangkan dalam arti yang
luas , ‘nyaya berarti peme-riksaan objek melalui bukti-bukti dan menjadi sebuah
sains pembuktian atau pengetahuan yang benar.Semua pengetahuan mengimplikasikan
empat kondisi :
1.
Subjek pengenal (pramatr)
2.
Objek (prameya)
3.
Kondisi hasil dari pengenalan (pramiti)
4.
Sarana pengetahuan (pramana)
Pendiri
ajaran ini adalah maharsi gautama (gotama), yang menulis nyaya sutra. Kata
nyaya berarti suatu penelitian yang analisis dan kritis, disebut realistis
karena mengakui benda-benda sebagai suatu kenyataan. Dalam memecahkan ilmu
pengetahuan filsafat ini mempergunakan empat metode (catur Pramana), sebagai
berikut:
o
Pratyaksa, yaitu pengamatan langsung
melaui panca indra.
o
Anumana, pengetahuan yang diperoleh dari
suatu obyek dengan menarik pengertian dari tanda-tanda yang diperoleh.
o
Upamana, ilmu pengetahuan yang diperoleh
melalui perbandingan.
o
Sabda, pengetahuan yang diperoleh dengan
mendengarkan atau melalui penjelasan dari sumber-sumber yang patut dipercaya.
sistem nyaya-vaishenhika mewakili tipe filasafat
analisis serta menjungjung tinggi akal sehat dan sains. Ciri khas system nyaya
adalah penggunaan metode sebagai sains,yakni pemeriksaan logis dan kritis,
mereka mencoba untuk mengembalikan subtansi-subtansi tradisional, jiwa di dalam
diri dan alam (nature) di luar diri, tanpa semata-mata berdasarkan otoritas.
Kaum nyaya mengakui kebenaran segala sesuatu berdasarkan akal-budi (reason).
Yang membedakan system nyaya dari system lainnya adalah perlakuan kritis
terhadap masalah metafisika. Vacaspati mendefinisikan tujuan nyaya sebagai
pemeriksaan kritis atas objek pengetahuan melalui pembuktian logis. Sistem
nyaya sebenarnya juga menjelaskan mekanisme pengetahuan secara mendetail serta
beragumen melawan skeptisisme yang menyatakan bahwa tidak ada yang pasti.
Filsafat nyaya bukan hanya mempertanyakan cara serta
sarana yang dipakai oleh pikiran manusia untuk mengerti dan mengembangkan
pengetahuan,tetapi juga menafsirkan fakta-fakta logis dan mengungkapkannya
dalam rumusan yang logis.
Substansi dan Kategori
Keragaman benda-benda yang dialami dapat dibagi
menjadi dalam kelompok-kelompok yang disebut ‘subtansi’. Nyaya-vaishehika
membagi subtansi menjadi Sembilan macam yakni :
1.
Tanah (prithivi)
2.
Air (apah,jala)
3.
Api (tejas)
4.
Udara (vayu)
5.
Eter (akasha)
6.
Waktu (kala)
7.
Ruang (dik)
8.
Diri (atman)
9.
Pikiran (manas).
Kesembilan subtansi ini bersama-sama dengan berbagai
sifat dan hubungannya menjelaskan seluruh semesta alam.
system
nyaya-vasheshika meletakkan objek dalam enam katagori berbeda yakni :
· Kualitas
(guna)
Katagori ini mencakup 24 gunas,
yakni warna (rupa),rasa (rasa),bau (gandha),sentuhan (sparsa),angka
(sankhya),ukuran (parimiti),perbedaan (prthaktva),hubungan (samyoga),pemisah
(vibhaga),kedekatan (paratva),berat (gurutva),kecairan (daravatva),kekentalan
(sneha),suara (sacda),pengetahuan (buddhi),keinginan (iccha),kebencian
(dvesa),usaha (yatna),kebaikan/jasa (dharma),keburukan (adharma),dan kesan
laten (samskara).
· Tindakan
atau macam-macam gerak (karma)
Yang berhubungan dengan unsure dan
kualitas, namun uga memiliki realitas mandiri,ada lima macam gerak yakni : ke
atas, ke bawah, mendatar,mengerut, dan mengembang.
· Universalia
(samanya)
Aspek objek yang memberikan label
secara umum menurut sipat yang paling umum, imi agak mirip dengan idenya plato.
Seperti contoh “ ide ‘kesapian’ adalah tunggal dan tidak dapat dianalisis. Ide
itu selalu hidup,tetapi tidak dapat dimengerti melalui dirinya sendiri,namun
hanya melalui dengan se ekor ‘sapi’ dan kesapian dipahami sebagai dua entitas
berbeda.
· Individualitas
(visesa)
Katagori ini menunjukkan ciri atau
sifat yang membedakan sebuah objek dari objek lainnya.
· Hubungan
niscaya (samavaya)
Dimensi objek ini menunjukkan
hakekat hubungan yang mungkin kalitas-kulitasnya yang inheren.
· Penyangkalan,negasi,non-eksistensi
Katagori ini menunjukkan sebuah
objek yang telah terurai atau larut dalam partikel subatomic terpisah melalui
pelarutan universal dan ke dalam ketiadaan.
Ajaran tentang Tuhan
Karena nyaya menyakini keberadaan weda, maka
penganut nyaya (naiyayika) percaya akan adanya tuhan dan tuhan disamakan denagn
siwa. Ada dua bukti yang menunujukkan adanya Tuhan, yaitu:
a)
Bukti Kosmologi
Pembuktian
ini menyatakan bahwa dunia ini adalah akibat dari suatu sebab. Oleh karena itu
tentu ada sebab yang pertama dan utama.sebab itulah tuhan.
b)
Pembuktian
teologis
Pembuktian ini menyatakan bahwa di
dunia ini ada suatu tata tertib dan atura tertentu sehingga dunia ini
menampakkan suatu rencana yang berdasarkan pemikiran dan tujuan tertentu. Tentu
ada yang mengadakan rencana dan tujuan tersebut.yang mengadakan itulah tuhan.
Tuhan disebut juga paratman karena tuhan termasuk
golongan jiwa tertinggi yang bersifat kekal abadi, berada dimana-mana. Memenuhi
alam dan merupakan kesadaran agung.
Ajaran tentang Kelepasaan
Kelepasan merupakan tujuan dari mahluk (manusia).Kelepasan
akan dapat dicapai dengan melalui pengetahuan yang benar dan sempurna.
Pengetahuan itu akan didapat dari tuntunan tuhan melalui ajarannya. Sebagai
wujud dari kelepasan iyalah terbebasnya jiwatma dari kelahiran kesenangan
maupun penderitaan. Agar kelahiran dan penderitaan terhenti maka hendaklah
aktifitas (kerja)dihentikan sehingga terwujudlah kelepasan yaitu suatu keadaan
yang tidak terikat akan karma ataupun phala karma.
5.
Filsafat
waisesika
Waisesika muncul pada abad ke-4 SM,
System ajaran filsafat ini dipelopori oleh Maharsi Kanada. Adapun sebagai
sumber ajarannya adalah waisesikasutra karangan Maharsi Kanada Sendiri yang
merupakan sumber dari dengan Nyaya, sehingga banyak para filosof menyebutnya Nyaya-Waisesika. Tujuan
pokok filsafat waisesika bersifat metafisis. Isi pokok ajarannya menjelaskan
tentang dharma yaitu apa yang memberikan kesejahteraan didunia ini dan yang
memberikan kelepasan yang menentukan.
Waisesika mengambil pengertian dasar
filsafat tradisional tentang ruang, waktu, sebab, materi, pikiran, jiwa dan
pengetahuan, mengeksplorasi arti bagi pengalaman dan menyusun hasilnya menjadi
sebuah teori tentang alam semesta. sistem waisesika memiliki tujuan untuk menganalisis pengalaman.
Sistem
filsafat vaisesika mengambil nama dari kata Visesa yang
artinya kekhususan, yang merupakan ciri-ciri pembeda dari
benda-benda. Jadi pokok permasalahan yang diuraikan didalamnya adalah kekhususan
Padartha.
padartha adalah satu
permasalahan benda dalam filsafat. Sebuah Padartha merupakan suatu objek
yang dapat dipikirkan (artha) dan diberi nama (Pada). Semua yang
ada, yang dapat di amati dan di namai, yaitu semua objek pengalaman adalah Padartha.
Benda-benda majemuk saling bergantung dan sifatnya sementara, sedangkan
benda-benda sederhana sifatnya abadi dan bebas.
7
katagori (padartha), yaitu :
1. Substansi
(drawya).
Substansi adalah zat yang ada dengan
sendirinya dan bebas dari pengaruh unsur-unsur lain. Namun unsur lain tidak dapat
ada tanpa substansi.
Ada sembilan substansi yang dinyatakan
oleh Waisesika yaitu : Tanah (prthivi); Air (apah, jala); Api (tejas); Udara (vayu);
Ether (akasha); Waktu (kala); ruang (dik); diri (atman);
pikiran (manas). Semua substansi tersebut diatas riel, tetap dan kekal.
Namun hanya udara, waktu, akasa bersifat tak terbatas. Kombinasi dari sembilan
itulah membentuk alam semesta beserta isinya menjadikan hukum-hukumnya yang
berlaku terhadap semua yang ada di alam ini baik bersifat physik maupun yang bersifat
rohaniah.
2. Kualitas
(guna).
Guna ialah keadaan atau sifat dari suatu
substansi. Guna sesungguhnya nyata dan terpisah dari benda (substansi) namun
tidak dapat dipisahkan secara mutlak dari substansi yang diberi sifat.
Guna atau sifat-sifat atau ciri-ciri
dari substansi yang jumlahnya ada 24, yaitu :
1) warna (rupa); 13) kecairan/keenceran (dravatva)
2) rasa (rasa); 14) kekentalan (sneha);
3) bau (gandha); 15) suara (sabda);
4) sentuhan/raba (sparsa); 16) pemahaman/pengetahuan
(buddhi/jnana);
5) jumlah (samkhya); 17) kesenangan (sukha);
6) ukuran (parimana); 18) penderitaan (dukha);
7) keaneragaman (prthaktva); 19) kehendak (iccha);
8) persekutuan (samyoga); 20) kebencian/keengganan (dvesa);
9) keterpisahan (vibhaga); 21) usaha (prayatna);
10) keterpencilan (paratva); 22) kebajikan/manfaat (dharma);
11) kedekatan (aparatva); 23) kekurangan/cacat (adharma);
12) bobot (gurutva); 24) sifat pembiakan sendiri
(samskara).
8 sifat yaitu : buddhi/jnana, iccha,
dvesa, sukha, dukha, dharma, adharma dan prayatna merupakan milik
dari roh, sedangkan 16 lainnya merupakan milik dari substansi material.
3. Aktifitas
(karma).
Karma mewakili berbagai jenis gerak
(movement) yang berhubungan dengan unsur dan kualitas, namun juga memiliki
realitas mandiri.
Tidak semua substansi (zat) dapat
bergerak. Hanya substansi yang bersifat terbatas saja dapat bergerak atau
mengubah tempatnya. Sedangkan substansi yang tak terbatas (atma, hawa nafsu dan
akasa) tidak dapat bergerak karena telah memenuhi segala yang ada.
Ada 5 macam gerak, yaitu : Utksepana
(gerakan ke atas); Avaksepana (gerakan
ke bawah); A-kuncana (gerakan membengkok); Prasarana
(gerakan mengembang); Gamana (gerakan menjauh atau mendekat)
4. Universalia
(samanya).
Samanya,
bersifat umum yang menyangkut 2 permasalahan, yaitu :
o
sifat umum yang lebih tinggi dan lebih
rendah
o
jenis kelamin dan spesies.
5. Individualitas
(visesa).
Kategori ini menunjukkan ciri atau sifat
yang membedakan sebuah objek dari objek lainnya. Sistem Vaishesika
diturunkan dari kata ‘Visesha’, dan merupakan aspek objek yang mendapat
penekanan khusus dari para filsuf Vaishesika.
6. Hubungan
Niscaya (samavaya).
Dimensi objek ini menunjukkan hakikat
hubungan yang mungkin antara kualitas-kualitasnya yang inheren. Hubungan ini
dapat dilihat bersifat sementara (samyoga) atau permanen (samavaya).
Samyoga adalah hubungan sementara seperti antara sebuah buku dan tangan
yang memegangnya. samavaya adalah sebuah hubungan yang tetap dan hanya
berakhir ketika salah satu di antara keduanya dihancurkan.
7. Penyangkalan,
Negasi, Non-Eksistensi (abhava).
Kategori
ini menunjukkan sebuah objek yang telah terurai atau larut ke dalam partikel
subatomis terpisah melalui pelarutan universal (mahapralaya) dan ke
dalam ketiadaan (nothingness).
6.
Filsafat
wedanta
System
filsafat Wedanta juga disebut uttara mimamsa. Kata “wedanta” berarti ‘akhir
dari weda”. Sumber ajarannya adalah kitab-kitab uppanisad. Maharsi vyasa
menyusun kitab yang bernama wedantasutra. Kitab ini dalam bhagavad Gita disebut
brahmasutra, oleh karena kitab wedanta bersumber pada kitab-kitab upanisad,
Brahmasutra dan Bhagavad Gita, maka sifat ajarannya adalah absolutisme dan
teisme. Absolutisme maksudnya adalah aliran yang meyakini bahwa tuhan yang maha
Esa adalah mutlak dan tidak berpribadi (impersonal God), sedangkan teisme
mengajarkan Tuhan yang berpribadi (personal God).
Wedanta
artinya adalah akhir dari Weda, sumber kitabnya adalah Upanishad. Filsafat
wedanta lahir untk merespon zaman Upanishad. Pokok ajarannya adalah
membicarakan tentang Tuhan, Roh dan Dunia (Brahman , atman dan Alam). Filsafat
wedanta terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Adwaita
Pendirinya adalah
Shankara (abad ke-8), menurut Shankara Brahman dan alam berbeda, tidak ada yang
ada kecuali Brahman yang lain yentang alam hanyalah ilusi karena keadaannya
dapat berubah. Shankara membagi pengetahuan kedaam dua macam:
a. Pengetahuan
tinggi, kebenaran yang memang benar (Brahman).
b. Pengetahuan
rendah, kebenaran yang tidak membawa kenyataan yang sebenarnya (alam)
Tentang
moksa, Shankara berpendapat bahwa orang akan mencapai moksa, jika sudah tidak
tertarik dengan kehidupan dunia, karena dunia hanyalah semu. Semakin orang
mengikat dengan kehidupan dunia maka akan semakin jauh dengan moksa.
2. Wasistadwaita
Pendirinya adalah
Ramanuja (abad ke-11), menurut Ramanuja bahwa ada dua yang tampak namun tak
dapat dipisahkan yaitu adanya substansi dan sifat, seperti mawar merah,
mawar=substansi, merah=sifat (antara mawar dan merah adalah dua hal yang
berbeda namun tak dapat dipisahkan), sama halnya tidak bisa menjelaskan Brahman
tanpa adanya manifes dari Atman (ada yang dijelaskan dan ditentukan), artinya
bahwa Brahman berbeda dengan Atman namun tak dapat dipisahkan, kehidupan
hanyalah manifes dari Brahman.
3. Dwaita
Pendirinya adalah
Madhva (abad ke-13), konsepnya adalah “beda”
ada banyak yang “ada”, disini terdapat lima perbedaan, yaitu:
a. Tuhan
berbeda dengan jiwa
b. Jiwa
berbeda dengan jiwa lainnya
c. Tuhan
berbeda dengan Benda
d. Jiwa
berbeda dengan benda
e. Benda
berbeda dengan benda lainnya
Perbedaan
tentang tiga sekolah utama dalam filsafat Wedanta:
Adwaita (Non-dualisme)
|
Wasistadwaita
(non-dualisme)
|
Dwaita (dualism)
|
-
Brahman :
ada/realitas
-
Alam :
semu/hanya ilusi
|
-
Brahman : kesatuan dari semua
perrbedaan yang membentuk dunia
-
Dunia: nyata
|
-
Dunia dan Brahman berbeda
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)