I. Pendahuluan
Sebelum mengupas habis tentang Agama
Hindu, terlebih dahulu kita perlu membicarakan bangsa yang menganut dan
membawanya. Sejarah merupakan faktor penting dalam memahami sebuah agama,
termasuk Agama Hindu. Dengan begitu bisa mengetahui latar belakang berdirinya
dan keadaan sosial, politik maupun spiritual yang terjadi saat itu.
Maka setidaknya itulah yang
melatarbelakangi penulisan makalah ini, meskipun didalamnya hanya menyinggung
sebagian kecil dari sejarah munculnya Agama Hindu sejauh pemahaman pemakalah
dari sumber yang tersedia.
II. Peradaban Bangsa Dravida
dan Bangsa Arya
India
termasuk salah satu tonggak peradaban tertua di dunia dengan situsnya di
sekitar lembah Sungai Indus. Dari penemuan fosil-fosil, tampak bahwa di daerah
itu terdapat dua tipe penduduk. Pertama, penduduk asli dengan ciri-ciri:
kulit gelap, kecil dan pendek, hidung lebar dan pesek dengan bibir tebal
menonjol. Keturunan dari tipe ini sampai sekarang masih dapat kita jumpai di
antara kasta rendah masyarakat India. Kedua, mereka yang seketurunan
dengan suku Mediteranian. Ini berhubungan erat dengan orang-orang yang hidup
pada masa pradinasti di Mesir, Arab, dan Afrika Utara. Kulit mereka lebih
terang, berbadan tegap, hidung mancung, dan bermata lebar[1].
A. Bangsa Dravida Suku Asli India
Bangsa-bangsa yang peradabannya
mirip dengan kebudayaan bangsa Sumeria di daerah Sungai Eufrat dan Tigris,
telah menetap di Lembah Sungai Sindhu (Indus) antara 3000 tahun sampai 2000
tahun Sebelum Masehi. Berbagai cap dari pada gading dan tembikar yang ada
tanda-tanda tulisan dan lukisan-lukisan binatang, menceritakan kepada kita
adanya persesuaian di dalam peradaban tersebut[2].
Sisa-sisa kebudayaan di Lembah
Sungai Indus, terutama terdapat di dekat kota Harappa di Punjab dan di sebelah
utara Karachi. Orang-orang di kota tersebut telah mempunyai rumah-rumah yang
berdinding tebal dan bertangga. Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai
“bangsa Dravida”[3]. Mereka adalah bangsa-bangsa yang berkulit hitam dan
berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting.
Pada mulanya mereka tinggal di
seluruh negeri, zaman ini sering disebut zaman Chalcolithic [4].
Tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memerintah negerinya
sendiri, karena di sebelah utara mereka hidup sebagai orang taklukan dan
bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu.
Peradaban lembah Indus pernah
berlangsung di lembah Sungai Indus sejak 3.000-500 SM. Mungkin dimulai sebagai
penggembala yang pindah ke lembah sungai selama musim dingin. Seiring waktu,
mereka mungkin telah memutuskan untuk bercocok tanam. Mereka mulai berdagang
dengan perahu sepanjang Indus turun ke Laut Arab, ke Teluk Persia, dan naik
Tigris dan Efrat ke Mesopotamia[5].
B. Bangsa Arya di India
Dalam
kamus New Oxford Dictionary 2009, menyebutkan bahwa Arya berart[6]i; a
member of a people speaking an Indo-European language who invaded northern
India in the 2nd millenniumbc, displacing the Dravidian and other aboriginal
peoples
Sekitar
1.500 tahun SM, bangsa Arya sebagai pejuang dan gembala yang tangguh, berpindah
ke selatan menyeberangi Pegunungan Hindu Kush untuk berdiam di anak benua
India. Bencana alam berupa musim kemarau atau wabah penyakit, atau perang
saudara memaksa bangsa Arya meninggalkan kampung halaman di Rusia selatan.
Mereka menyebar ke Anatolia, Persia, dan India. Mereka hidup dalam rumah-rumah
kayu di desa terpencil, tidak seperti penduduk kota yang tinggal dalam
rumah-rumah berbatu bata di lembah Sungai Indus[7].
Mungkin
sekali bangsa-bangsa Arya itu, ketika mereka masuk ke India, kurang beradab
dibandingkan bangsa Dravida yang ditaklukkannya. Tetapi, mereka lebih unggul di
dalam ilmu peperangan dibandingkan bangsa Dravida. Pada waktu bangsa Arya masuk
ke India, Mereka itu masih merupakan bangsa setengah nomaden (pengembara), yang
baginya peternakan lebih dibutuhkan daripada pertanian. Bagi bangsa Arya, kuda
dan lembu adalah binatang-binatang yang sangat dihargai sehingga
binatang-binatang tersebut dianggap suci. Dibandingkan dengan bangsa Dravida
yang tinggal di kota-kota dan yang mengusahakan pertanian serta
menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya bisa
dikatakan lebih primitif. Misalnya saja bangsa Arya belum mempunyai
patung-patung dewa sedangkan bangsa Dravida sudah[8].
III. Runtuhnya Peradaban Mohenjodaro
Menurut
Mitchael Witzel seorang guru besar di Universitas Harvad dalam buku The Home
of Aryans tahun 1750 sebelum Masehi, peradaban Harappa mulai mengalami
perubahan baik dalam sifat manfaat maupun lingkungan kotanya. Barang-barang
yang ditemukan sebelumnya sudah lenyap dan rumah-rumah mengecil. Di sebelah
selatan Mohenjo-daro dekat Indus yaitu kota Chanhu-daro merupakan golongan kota
yang mengalami kehancuran peradaban Indus, yang disebut sebagai kota yang
bernama Jhkar dan Jhanger.
Lanjutnya,
tahun 1700 peradaban Indus yang pernah berjaya itu berakhir, disebabkan
karena banjir akibat gerakan bumi. Perhiasan ditemukan pada tempat yang
tinggi di Mohenjodaro, alat masak ditemukan berserakan dan kepingan tiang telah
terbakar,ditemukan juga beberapa kerangka orang yang melarikan diri waktu
terjadi bencana atau waktu dibantai oleh penjajah. Begitu pula dengan Harappa
telah sangat hancur, kota kerajaan dengan benteng yang sangat menakjubkan telah
hilang dan lenyap secara drastis[9]. Jadi sebelum bangsa Arya melakukan invasi
ke Peradaban India Kuno, perabadan disana sudah hilang.
IV. Interaksi Peradaban Bangsa Dravida
dengan Bangsa Arya
Dimasa tertulisnya kitab-kitab suci
Hindu, telah didiami oleh bangsa Arya. Bangsa itu berwarna putih, tubuhnya
besar dan kuat. Mereka berasal dari Asia Tengah dan kemudian hari menduduki
Iran, Mesopotamia dan Eropa Selatan. Sebagian dari bangsa itu pindah dari Iran
ke India melalui pegunungan Hindu Kush dan menaklukkan bangsa asli di daerah
Punjab atau negeri Lima Sungai. Mereka juga mendesak penduduk asli yaitu bangsa
Dravida ke India bagian selatan. Lambat laun bangsa Arya itu bercampur dengan
bangsa asli dari bagian India Tengah dan Selatan, ialah bangsa Dravida yang
berwarna hitam.Kebudayaan bangsa Dravida mungkin lebih tua lagi dari pada
kebudayaan bangsa Arya.[10]
Orang Arya mengukur kekayaan dari
jumlah ternak yang dimiliki. Sekalipun tidak semaju penduduk asli India, mereka
lebih tangguh. Mereka dikenal sebagai prajurit dan penjudi, senang memakan
daging sapi dan minum anggur serta menyukai music, tari, dan perlombaan balap
kereta perang. Perlahan, mereka pun menetap dan mengadopsi banyak cara hidup
penduduk asli India, yaitu menjadi petani dan pandai besi. Padi adalah salah
satu tanaman yang dibudidayakan. Sebelumnya, bangsa Arya tidak mengenal padi,
walaupun padi telah ditanam di lembah Sungai Indus[11].
Dalam bidang bahasa, seni dan sastra
bangsa Dravida independen namun banyak terpengaruh oleh Bangsa Arya. Bahasa
Sanskrit di bawa oleh bangsa Arya, rumpun bahasa Indo Eropa (Persia +
Yunani+Latin+Inggris) Kesamaan arti rumpun bahasa Indo Eropa: pitâ
(Sanskrit), patër (Yunani), pater (Latin), vater (Jerman),
vader (Belanda), father (Inggris). Semuanya berarti: ayah.
Yang kemudian bahasa Indo Eropa sebagai bahasa ibu; setelah itu Hindi &
Bengali. Bahasa Sanskrit eksis dalam tiga bentuknya masa Magadha ( abad 4 SM)
[12]:
·
Sanskrit
Brahmana
·
Sastra
·
Untuk
politik, hukum, dan seni
Sanskrit lebih pantas dianggap
sebagai eskpresi kesusastraan pada masa Weda karena Sanskrit dialeknya berbeda
dengan Sanskrit yang berlaku di lokalitas lainnya.
Bangsa Arya merasa dirinya lebih
tinggi dari pada bangsa Dravida. Untuk menjaga kemurnian darahnya, mereka
menciptakan sistem kasta (warna) dalam masyarakat. Ada empat kasta (catur
warna) di India, yaitu
1.
Kasta Brahmana
(golongan pendeta, kasta tertinggi)
2.
Kasta Ksatria
(golongan bangsawan dan prajurit),
3.
KastaWaisya
(golongan pedagang dan buruh), dan
4.
KastaSudra
(golongan petani dan buruh kasar).
Ada golongan yang paling rendah
derajatnya, yaitu golongan budak yang disebutkasta Paria atau Candala[13].
V. Interaksi Kepercayaan
dan Agama Sungai Indus, Lahirnya Hindu
Jauh
sebelum bangsa Arya masuk ke India Kuno, bangsa asli India, bangsa Dravida
sudah memiliki kepercayaan. Obyek yang paling umum dipuja-puja orang nampaknya
adalah tokoh“Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam ibu pertiwi, yang
banyak dipuja orang di daerah Asia kecil. Dia digambarkan pada banyak lukisan
kecil pada periuk belanga serta pada materi maupun jimat-jimat. Dewi-dewi yang
lain nampaknya juga digambarkan dengan bentuk tokoh bertanduk, yang
berpadu dengan pohon suci pipala. Seorang Dewa yang bermuka tiga dan
bertanduk dijumpai lukisannya pada salah sebuah materi batu, dengansikap duduk
dikelilingi oleh binatang. Tokoh ini dipersamakan dengan tokoh Siwa-Mahadewa
pada zaman kemudian. Dugaan ini kemudian diperkuat oleh penemuan gambar lingam
yang merupakan lambang Siwa[14].
Sebagai
dampak dari berkembangnya budaya Indo-Eropa adalah munculnya Agama Hindu.
Menurut sejarahnya, Agama Hindu mempunyai usia yang cukup tua dan panjang, dan
merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh umat manusia. Kami mencoba
mendefinisikan kapan dan dimana Hindu di sebarkan dan berkembang. Agama Hindu
pada kelanjutannya telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks baik dalam
bidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat, dan ilmu-ilmu yang lain. Sehingga
kadang ada kesan rumit ketika kita berniat memahami ajaran Agama Hindu[15].
Perkembangan
Agama Hindu di India pada dasarnya terjadi selama empat fase. Zaman Weda, zaman
Bharmana, zaman Upanisad dan zaman Budha[16]. Zaman Weda disinyalir telah
berkembang pada masa perdaban Mohenjodaro dan Harappa. Bukti yang menunjukan
fase ini adalah adanya patung yang menyerupai perwujudan Siwa. Selain itu pada
masa ini masyarakat India kuno juga telah menyembah dewa-dewa. Tetapi kepastian
dimulainya fase Weda adalah pada masa Bangsa Arya berada di Punjab di lembah
sungai Indus sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi.
Setelah
terdesak bangsa Dravida akhirnya hijrah ke arah Selatan di dataran tinggi
Dekkan, dan sebagian ada yang membaur dan berasimilasi dengan kebudayaan bangsa
Arya. Bangsa Arya sendiri telah menyembah beberapa dewa, Surya (Dewa Matahari),
Soma (Dewa Bulan), Agni (Dewa Api), Indra (Dewa Hujan),dan Yama
(Dewa Maut). Untuk memuja para dewa itu, orang mengadakan upacara sesaji.
Kepercayaan bangsa Arya kemudian bercampur dengan kepercayaan bangsa Dravida.
Hasil percampuran itu dikenal sebagai agama Hindu.
VI. Kesimpulan
Bangsa
Dravida yang merupakan suku asli di India kuno terdesak oleh datangnya bangsa
Arya, Indo-Eropa sampai ke sebelah selatan India, di lembah sungai Indus. Pada
mulanya bangsa Arya ini tetap mempertahankan kemurnian keturunan mereka, tetapi
karena jumlah mereka semakin banyak sehingga melakukan persebaran penduduk
hingga sampai di daerah Gangga yang ditempati bangsa Dravida dan terjadilah
asimilasi dengan penduduk lokal setempat.
Bahasa
Dravida yang independen, kemudian banyak dipengaruhi bahasa bangsa Arya akibat
dari asimilasi. Bahasa Sanskrit, rumpun bahasa Indo Arya (Persia +
Yunani+Latin+Inggris) Kesamaan arti rumpun bahasa Indo Eropa: pitâ
(Sanskrit), patër (Yunani), pater (Latin), vater (Jerman),
vader (Belanda), father (Inggris). Semuanya berarti: ayah.
Dari hasil
asimilasi lainnya, antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Dravida dan bangsa
Arya ini lahirlah Hindu. Pada mulanya istilah Hindu digunakan untuk orang-orang
yang tinggal di daerah lembah sungai Indus, yang merupakan hasil asimilasi atau
sinkrestisme dari kebudyaaan dan kepercayaan bangsa Dravida dan bangsa Arya.
Namun, istilah Hindu sekarang digunakan untuk orang yang menganut agama Hindu.
Daftar Pustaka
Ali,
Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. Cet
ke- I 1988.
Bull,
Victoria (editor). New Oxford Dictionary. China : Oxford University
Press. 2009
Erdosy,
G. (ed.),The Indo-Aryans of Ancient South Asia. (Indian Philology and
South Asian Studies, IPSAS) 1, Berlin/New York: de Gruyter. 1995.
Honing,
A. G. Ilmu Agama. (diterjemahkan Koesoemosoesastro dan Soegiarto).
Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Ibrahim,
Asma. The Indus Valley Civilization.
Nigosian,
S. A. World Faiths. New York : St. Martin’s press. 1990.
Noss
, John B. Man’s Religion. New York :The Macmilan Company. 1949.
Rifa’I,
Mohammad. Perbanding Agama. Semarang: Wicaksana. Cet ke – 5. 1980.
Schade,
Johannes P. Encyclopedia of World Religions. New York: Concord
Publishing. 2006
Syahrastani,
Asy-, Muhammad. Al-Milal wa an-Nihal. Kairo : Maktabah, Juz II. 1968
Witzel,
Mitchael. The Home of Aryans. New York : Harvad University Press.
Footnote:
[1]
S. A. Nigosian. World Faiths. (New York : St. Martin’s press, 1990). h.
251.
[2]
A.G. Honig Jr. Ilmu Agama. (diterjemahkan Koesoemosoesastro dan
Soegiarto). (Jakarta: Gunung Mulia, 2005) . h.77
[3]Johannes
P. Schade. Encyclopedia of World Religions. (New York: Concord
Publishing, 2006). h. 273
[4]
Chalcolithic adalah nama yang diberikan untuk periode di Timur Dekat dan Eropa
setelah Neolitik dan Zaman Perunggu, kira-kira antara sekitar 4500 dan 3500 SM.
[5]
S. A. Nigosian. World Faiths. (New York : St. Martin’s press, 1990). h.
254
[6]
Victoria Bull (editor). New Oxford Dictionary. (China : Oxford
University Press. 2009). h. 20
[7]Johannes
P. Schade. Encyclopedia of World Religions. h. 73
[8]
A.G. Honig Jr. Ilmu Agama. (diterjemahkan Koesoemosoesastro dan
Soegiarto). 78-79
[9]
Mitchael Witzel. The Home of Aryans. ( New York : Harvad University
Press, )
[10]John
B. Noss. Man’s Religion.( New York : The Macmilan Company, 1949) h. 97
[11]
Mohammad Rifa’I. Perbanding Agama. (Semarang : Wicaksana, 1980). Cet ke
– 5. h. 83-85
[12]
S. A. Nigosian. World Faiths. h. 252
[13]
Asma Ibrahim. The Indus Valley Civilization.
[14]
G. ERDOSY (ed.),The Indo-Aryans of Ancient South Asia, (Indian Philology
and South Asian Studies, IPSAS) 1, Berlin/New York: de Gruyter 1995. h 155-173.
[15]
Johannes P. Schade. Encyclopedia of World Religions. h. 407
[16]Muhammad
Asy Syahrastani. Al-Milal wa an-Nihal. (Kairo : Maktabah, 1968) Juz II.
h. 10
Oleh: Fahmi Dzilfikri (1111032100030)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)