Peradaban India Kuno (Indhus dan Gangga)
1. Peradaban Lembah Sungai Indhus (Shindu)
Pusat Peradaban
Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di
Pakistan sekarang ini. Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM,
merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan
Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India barat. Peradaban
ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena
kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus
Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900
SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat
wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah
mengalir.
Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu
bangsa Arya belum sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum
masehi, bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota
megah lainnya didaerah aliran sungai India. Tahun 1500 sebelum masehi,
suku Arya baru menjejakkan kaki di bumi India Kuno.
Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India,
mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal
dalam peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di kota
Mohenjodaro, propinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa dipropinsi
Punjabi. Penduduk kala itu adalah penduduk bangsa Dravida.
Secara geografis, letak peradaban kuno ini di sebelah utara
berbatasan dengan pegunungan Himalaya. Sebelah barat berbatasan dengan
Pakistan. Di selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah
timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.
Tata Kota
Menurut penentuan karbon 14, keberadaan kedua kota ini seharusnya
adalah antara tahun 2000 hingga 3000 sebelum masehi, lagi pula kota
Harappa mengekskavasi perkakas batu 10 ribu tahun lampau. Luasnya kurang
lebih 25 km persegi.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi kota kuno
Mohenjondaro dan Hara. Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua
kota tersebut membuat Marshell terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua
negara merdeka pada jaman peradaban sungai India antara tahun 2350-1750
sebelum masehi, penelitian lebih lanjut menghasilkan perhitungan, dua
kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih
banyak dibanding penduduk kota London yang paling besar pada abad
pertengahan.
Kota dibagi 2 bagian yaitu kota pemerintahan dan kota administratif. Kota administratif adalah
daerah pemukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang
menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan
barang-barang tembikar. Kota pemerintahan adalah wilayah istana
kerajaan. Fondasi bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk,
pagar tembok yang tinggi besar disekeliling dan menara gedung
mencerminkan kewibawaan Raja. Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian
atau blok yang dilengkapi jalan yang ada aliran airnya.
Sistem Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian
menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Limpahan lumpur sungai
Indus telah memberikan kesuburan bagi tanah disekitarnya. Pada
perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang
mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman.
Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian
menunjukkan bahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki
peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi,
gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi
(kesehatan) lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan
rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan
lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela.
Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan
berhubungan langsung dengan udara bebas, sehingga pergantian udara cukup
lancar.
Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota
Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak,
dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan
alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah, alat-alat
rumah tangga, alat-alat pertanian, kain dari kapas, serta
bangunan-bangunan.
Demikian juga dengan barang-barang yang terbuat dari tanah liat yang
dibakar atau yang disebut terracota, teruma barang-barang peralatan
rumah tangga.
Perekonomian
Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung
pada pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini,
petani menanam padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu
mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian
dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian penting
bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat
mereka dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan
penduduk Mesopotamia. Barang dagangan yang diperjual-belikan masyarakat
lembah Sungai Indus adalah barang-barang dari perunggu dan tembaga,
bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.
Pemerintahan
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
- Candragupta Maurya
Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen
melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah
Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan
Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM
muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen
meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab
dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di
Pattaliputra.
Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa
pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah
timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian
dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah
mencapai daerah yang sangat iuas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat
dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
- Ashoka
Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka
merupakan cucu dari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan
berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana
perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi
melakukan peperangan.
Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut
agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai
agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah
menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad
ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang
terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I
sebagai rajanya.
Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme
atau memuja banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa bertanduk
besar, dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang
seperti buaya dan gajah serta menyembah pohon seperti pohon pipal
(beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih
terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan
perdamaian.
Hilangnya Peradaban Indus
Peradaban Sungai Indus runtuh akibat serbuan bangsa Arya tahun 1000
SM melalui celah Khyber. Sejarah bangsa Arya diperoleh dari kitab
Rigveda. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai
Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.
2. Peradaban di Lembah Sungai Gangga
Lokasi
Lembah sungai Gangga dengan anak sungainya Yamuna terletak antara
Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Vindhya. Kedua sungai tersebut
bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir di kota-kota besar
seperti Delhi, Agra, dan bermuara di wilayah Bangladesh ke teluk
Banggala. Sungai Ganggabertemu dengan Sungai Brahmaputra yang bermata
air di Pegunungan Kwen Lun. Lembah Sungai Gangga merupakan daerah yang
subur.
Pendukung
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang
termasuk bangsa Indo Jerman. Bangsa Aria memasuki wilayah India antara
tahun 2000- 1500 SM melalui celah Pas Kaiber di Pegunungan Hindu Kush.
Merka berkulit putih, berbadan tinggi, dan berhidung mancung.
Pencahariannya semula berternak dan kehidupannya terus mengembara.
Tetapi setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravisa di Lembah Sungai
Indus dan menguasai daerah yang subur, mereka akhirnya bercocok tanam
dan hidup menetap. Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga
dan terus mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara
kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan
kebudayaan Hindu.
Masyarakat
Bangsa Aria berusaha untuk tidak bercampur dengan bangsa Dravida yang
merupakan penduduk asli India. Mereka menyebut bangsa Dravida adalah
anasah artinya tidak berhidung atau berhidung pesek dan dasa artinya
raksasa. Untuk memelihara kemurnian keturunannya, diadakan sistem
pelapisan (kasta) yang dikatakannya bersumber pada ajaran agama. Bangsa
Aria berhasil mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan ekonomi. Akan
tetapi, dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi) antara Aria
dan Dravida. Percampuran budaya itu melahirkan kebudayaan Weda.
Kebudayaan inilah yang melahirkan agama dan kebudayaan Hindu atau
Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang
kemudian disebut Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah
milik orang Hindu).
Untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat,
bangsa Arya berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang
perkawinan campur dengan bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya
menciptakan sistem kasta dalam kemasyarakatan.
Sistem kasta didasarkan pada kedudukan, hak dan kewajiban seseorang
dalam masyarakat. Pembagian golongan atau tingkatan dalam masyarakat
Hindu terdiri dari empat kasta atau caturwarna, yakni :
- Brahmana (pendeta), bertugas dalam kehidupan keagamaan;
- Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit), berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan negara,
- Waisya (pedagang, petani, dan peternak), dan
- Sudra (pekerja-pekerja kasar dan budak).
Kasta Brahmana, Kastria, Waisya terdiri dari orang-orang Aria. Kasta
Sudra terdiri dari orang-orang Dravida. Selain keempat kasta di atas,
ada lagi kasta Paria/Candala atau Panchama. Panchama yang berarti “kaum
terbuang”. Kasta ini dipandang hina, karena melakukan pekerjaan kotor,
orang jahat dan tidak boleh disentuh, lebih-lebih bagi kaum Brahmana.
Pemerintahan
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan
kelanjutan sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus.
Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau
dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin
berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya
kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan
Gupta dan Kerajaan Harsha.
- Kerajaan Gupta
Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di
Lembah Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama
Hindu dijadikan agama negara, namun agama Buddha masih tetap dapat
berkembang.
Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan
Samudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah
Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota
Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal
sebagai Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang
rendah dan mempersulit perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa
pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda.
Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur
dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang
terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya
berjudul “Syakuntala”. Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang
juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung
terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah
meninggalnya Raja Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama
kurang lebih dua abad.
- Kerajaan Harsha
Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul
Kerajaan Harsha dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha
adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada masa
pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat. Salah
satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah
pujangga Bana dengan karyanya berjudul “Harshacarita”.
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk
agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa,
serta dibangun tempattempat penginapan dan fasilitas kesehatan.
Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru.
Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak
pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.
Kebudayaan
Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di
wilayah India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa
(Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin),
Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya.
Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas
sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan
selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama
Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta
Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi
dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai
Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti
kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai
ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di
Indonesia.
Agama Hindu
Agama dan kebudayaan Hindu lahir pertama kali di India sekitar tahun
1500 SM. Agama dan kebudayaan Hindu ini mengalami pertumbuhan pada zaman
Weda. Kebudayaan Hindu merupakan perpaduan antara kebudayaan bangsa
Aria dari Asia Tengah yang telah memasuki India dengan kebudayaan bangsa
asli India (Dravida). Hasil percampuran itulah yang disebut agama Hindu
atau Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga
yang disebut Aryawarta (negeri orang Aria) dan Hindustan (tanah milik
orang Hindu). Sejak berkembangnya kebudayaan Hindu di India maka lahir
agama Hindu. Dari India, agama Hindu menyebar ke seluruh dunia dan
banyak memengaruhi kebudayaan-kebudayaan di dunia, termasuk Indonesia.
Menurut pendapat para ahli sejarah, berdasarkan temuan berbagai
peninggalan sejarah, diyakini bahwa bekas kota Mahenjo-Daro (Larkana)
dan Harappa (Punjab) di lembah Sungai Indus merupakan tempat timbul dan
berkembangnya agama Hindu.
Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Arya
(Indo-Jerman) ke India kira-kira tahun 1500 SM. Mereka datang melewati
celah Kaiber. Celah tersebut terletak di pegunungan Hindu Kush, sebelah
barat laut India. Itulah sebabnya celah Kaiber terkenal dengan sebutan
“Pintu Gerbang India”. Kemudian bangsa Arya mendesak bangsa Dravida dan
Munda yang telah mendiami daerah tersebut.
Akhirnya bangsa Arya berhasil menempati daerah celah Kaiber yang
sangat subur. Bangsa Dravida mendiami Dataran Tinggi Dekan (India
Selatan). Bangsa Munda mendiami daerah-daerah pegunungan. Pemeluk agama
Hindu mengenal tiga dewa tertinggi yang disebut Trimurti, yakni Brahma
(dewa pencipta), Wisnu (dewa pelindung), dan Syiwa (dewa perusak).
Dewa-dewi lainnya antara lain : Agni (dewa api), Bayu (dewa angin),
Surya (dewa matahari), Candra (dewa bulan), Indra (dewa perang),
Saraswati (dewi pengetahuan dan seni), Lakshmi (dewi keberuntungan), dan
Ganesha (dewa pengetahuan dan penolong).
Sumber ajaran Hindu adalah kitab Weda, yang bermakna pengetahuan Hindu. Kitab-kitab penganut Hindu:
Kitab Weda
Terdiri dari 4 Samhita atau himpunan, yaitu:
1) Reg Weda (merupakan kitab yang tertua), berisi puji-pujian kepada dewa
2) Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci yang merupakan pujian pada waktu melaksanakan upacara
3) Yajur Weda, berisi doa-doa yang diucapkan pada waktu upacara sesaji.
4) Atharwa Weda, berisikan doa-doa bagi penyembuhan penyakit dan nyanyian sakti kaum brahmana.
Kitab Brahmana
Berisi penjelasan kitab Weda, yang disusun oleh para pendeta.
Kitab Upanishad
Berisi petunjuk-petunjuk, agar orang dapat melepaskan diri dari samsara, dan dapat mencapai moksa (kebahagiaan abadi).
Kitab yang berisikan cerita kepahlawanan:
1) Mahabharata, karya Wiyasa berisikan cerita peperangan antara
Pandawa melawan Kurawa. Keduanya masih keluarga seketurunan, yang
memperebutkan tahta kerajaan Astina. Perebutan akhirnya dimenangkan oleh
Pandawa.
2) Ramayana, karya Walmiki menceritakan peperangan antara Rama
dengan Rahwana. Peperangan ini akhirnya dimenangkan oleh Rama. Cerita
Ramayana melambangkan kejujuran (dilambangkan Rama) melawan
keangkaramurkaan (dilambangkan Rahwana).
Inti ajaran agama Hindu didasarkan pada karma, reinkarnasi dan moksa.
Karma adalah perbutan baik buruk dari manusia ketika di dunia yang
menentukan kehidupan berikutnya. Reinkarnasi ialah penjilmaan kembali
kehidupan manusia sesuai dengan karmanya. Bila seseorang berbuat baik
akan lahir kembali ke tingkat yang lebih tinggi; sebaliknya jika berbuat
buruk mengakibatkan reinkarnasi ke tingkat yang lebih rendah, misalnya
lahir sebagai hewan. Keadaan hidup-mati kembali merupakan persitiwa
hidup yang menderita (samsara). Moksa ialah tingkat hidup tertinggi yang
terlepas dari ikatan keduniawian atau terbebas dari reinkarnasi.
Agama Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta, yaitu
Brahmana, terdiri dari golongan pendeta, bertugas mengurus soal
kehidupan keagamaan; Ksatria, terdiri dari golongan bangsawan dan
prajurit, berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan
negara; Waisya, bertugas untuk berdagang, bertani, dan beternak; Sudra,
bertugas untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar, seperti budak dan
pelayan. Adanya sistem kasta (caturwarna) tersebut pada dasarnya
merupakan pembagian tugas dan kelas dalam masyarakat Hindu yang
didasarkan atas keturunan. Perkawinan antar kasta dilarang, terhadap
yang melanggar dikeluarkan dari kasta (out cast) dan masuk dalam
golongan atau kasta Paria.
Bangsa Aria berhasil mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan
ekonomi. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi)
antara Aria dan Dravida. Percampuran budaya itu melahirkan kebudayaan
Weda. Kebudayaan inilah yang melahirkan agama dan kebudayaan Hindu atau
Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang
kemudian disebut Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah
milik orang Hindu).
http://faradina96.wordpress.com/2012/03/08/peradaban-india-kuno-indhus-dan-gangga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)